Tosan aji adalah senjata pusaka tradisional. Istilah ini merujuk pada segala macam senjata tradisional, yang terbuat dari besi dan dianggap sebagai pusaka.
Mengenal Tosan Aji
Secara bahasa, tosan aji bermakna ‘besi mulia’ atau besi yang bernilai tinggi. Jenis-jenis senjata yang termasuk tosan aji cukup banyak. Mulai dari keris, tombak, pedang, wedung, badik, anak panah, kudi, kujang dan lain sebagainya.
Sama-sama terbuat dari besi, perlakuan terhadap tosan aji tentu beda dengan perlakuan terhadap pisau dapur atau cangkul sawah. Semua senjata pusaka biasanya disimpan secara khusus. Terlebih lagi, bagi masyarakat Jawa benda-benda pusaka ini dihargai tinggi dan dianggap memiliki kekuatan gaib.
Keris, misalnya. Warisan budaya yang satu ini tentunya patut dibanggakan. Dalam bilahannya ada cerita panjang tentang budaya, sejarah dan pengetahuan bangsa pembuatnya. Tehnik pembuatan keris pun melibatkan keahlian dan keterampilan khusus. Bahkan di jaman dulu, kualitas spiritual seseorang sangat mempengaruhi hasil akhir keris yang ditempanya.
Bisa jadi karena unsur spiritual inilah, wujud keris selalu berselimut kisah mistis. Banyak orang masih menganggapnya sebagai pusaka yang sangat sakral. Sehingga keris disikapi dengan rasa takut dan takjub sekaligus.
Cara Pandang Masyarakat Terhadap Tosan Aji
Tiap-tiap benda pusaka dapat dilihat dari tiga sudut pandang. Pertama adalah pandangan fisik, yang melihat pusaka dari unsur seni, budaya dan penampilan lahiriahnya. Kedua adalah pandangan psikis, yang lebih menitikberatkan pada tuah atau energi yang dipancarkan pusaka tersebut. Ketiga adalah perpaduan kedua cara pandang tersebut, yaitu baik secara fisik maupun metafisik.
Dari ketiga cara pandang tersebut, muncullah istilah Tuh-Si-Ra-Puh Mor-Ja-Ya Ngung-Guh. Artinya adalah:
- Tuh – dari kata wutuh, yang merupakan keutuhan dari seluruh komponen bentuk sebuah pusaka
- Si – dari kata besi (wesi), alias logam pengikat beserta kualitasnya
- Ra – dari kata garap, merujuk pada kehalusan dan ketelitian dalam pengerjaan
- Puh – dari kata sepuh, yang merupakan penilaian usia, tangguh, era atau jaman pembuatan pusaka
- Mor – dari kata pamor, alias jenis pamor pusaka beserta bahan pembuatannya
- Ja – dari kata waja, atau kualitas baja penajam dan jenisnya
- Ya – dari kata guwaya, merujuk pada penampilan fisik dan aura psikis pusaka
- Ngun – dari kata wangun, artinya bentuk atau dapur
- Guh – dari kata mungguh, bermakna ketepatan atau kesesuaian fungsi
Hal-hal inilah yang dijadikan dasar dalam menilai kualitas sebuah tosan aji. Maka tidak heran, bila pusaka-pusaka tertentu bisa dihargai demikian tinggi. Sekalipun bila dilihat dengan mata awam, tidak banyak yang bisa memahami.
Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :