‘Setiap manusia layaknya hidup ibarat bunga lotus, yang tetap suci meski berkubang di dalam lumpur.’
Dewi Sundari
Dewi Sundari dikenal sebagai Pakar Metafisika Kejawen yang menemukan metode Fengshui Nusantara. Terlahir di Jepara yang merupakan salah satu kota pesisir pantai utara Jawa, oleh keluarga ia kemudian diberi nama Sundari, yang dalam bahasa Sansekerta berarti ‘cantik’.
Dewi Sundari Semasa Belia
Dewi Sundari tumbuh tidak seperti anak perempuan kebanyakan. Ketika bayi-bayi perempuan sebayanya masih merangkak, Dewi Sundari sudah bisa berjalan. Ketika anak-anak lain masih sulit berkomunikasi, Dewi Sundari sudah mampu berbicara dengan lancar. Bahkan ketika duduk di bangku sekolah, teman-teman sekelas beliau sering heran. Jelas-jelas beliau tidak pernah belajar, tidak pernah mau mengerjakan pekerjaan rumah, tetapi berturut-turut selama bertahun-tahun selalu meraih juara kelas. Bahkan sampai mewakili sekolahnya di beberapa perlombaan dan pulang membawa piala.
Kelebihan ini tidak disia-siakan begitu saja. Meski terbilang ‘malas’ di kelas, tetapi Dewi Sundari tidak malas dalam menggembleng bakat dan keilmuan yang beliau miliki sejak lahir. Termasuk diantaranya adalah wawasan beliau seputar ilmu kejawen.
Dewi Sundari sebagai Pakar Fengshui Nusantara
Sebagaimana karakter shio Kuda yang menyukai gerak bebas, Dewi Sundari merupakan sosok yang menyukai pergerakan dan kebebasan berilmu. Pada dasarnya Fengshui merupakan ilmu yang luar biasa. Tetapi ilmu Fengshui yang dibawa langsung dari daratan Cina tidak bisa begitu saja diterapkan di Indonesia. Sebab karakter geografis Cina tidak sama dengan Indonesia.
Di sini kita hanya mengenal dua musim sementara Negeri Tirai Bambu mengalami perubahan empat musim dalam setahun. Inilah penyebab mengapa tidak semua penerapan Fengshui di tanah air bisa memberikan hasil sesuai yang diharapkan. Untuk menyempurnakan pedoman Fengshui agar sejalan dengan karakter geografis Nusantara, maka Dewi Sundari memperkenalkan metode Fengshui Nusantara.