‘Aja Kumalungkung’ artinya jangan merasa lebih dari orang lain. Sikap berlebihan atau terlihat hebat, bersumber dari sikap sombong, congkak, dan takabur. Orang yang demikian itu tidak menyadari, bahwa masih banyak orang lain yang lebih hebat atau pandai dibandingkan dirinya. Sehingga ketika benar-benar dites kemampuannya, ternyata kemampuannya hanya terbatas. Sehingga tidak berani menghadapi tantangan yang lebih besar, dengan mengajukan beragam dalih.
Kaitannya dengan sikap merasa lebih ini, Serat Nitisruti menuliskan sebagai berikut.
‘Ngaku dadi gegedhungin bumi
Sumbar-sumbar obrol kabrabeyan
Jubriya tekabur bae
Angkuhe kumalungkung
Ngaku kendel ngungkul-ungkuli
Ngungkuli wong sapraja
Iku nora mungguh
Ngadate wong kang mangkana
Mung samono kewala katoging budi
Prapteng don liron kamal’
Artinya:
‘Mengaku sebagai yang terhebat di dunia
Bersumbar-sumbar dengan kesombongan
Congkak dan selalu takabur
Penuh dengan kejumawaan
Mengaku sangat pemberani
Melebihi orang senegara
Itu tidak tepat
Biasanya orang yang demikian
Hanya sebatas itulah kemampuannya,
Sampai tujuannya berganti ketakutan.’
(Serat Nitisruti, Dhandanggula: 31)
Setiap manusia pada dasarnya ‘sempurna’ dalam kemanusiaannya. Artinya, setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Apabila ia memiliki kelebihan, pastilah memiliki kekurangan.
Sikap merasa lebih dari orang lain, biasanya didasari oleh sifat sombong, congkak, dan takabur. Seseorang yang bersikap seperti itu akan selalu berusaha menunjukkan kelebihannya, saat memiliki segala sesuatu yang tidak dimiliki orang lain.
Selain tidak terpuji, sikap ini juga merugikan diri sendiri. Kita tidak pernah tahu, bisa jadi orang yang kita pameri kelebihan, ternyata lebih baik segalanya. Sedangkan kita tidak punya apa-apa.
Kemampuan kita terbatas, kadang sikap sok itu menunjukkan, bahwa kita berani menantang ssesuatu, yang sebenarnya belum mampu kita lakukan. Akibatnya kita justru kebingungan, ketika sampai pada tempat yang kita tuju, karena tidak tahu harus menghadapinya seperti apa.
Bersikap wajar dan sederhana jauh lebih baik. Sikap ‘kumalungkung’ mendorong seseorang untuk merendahkan atau meremehkan orang lain. Akbiatnya, orang-orang pun lebih senang menghindar daripada menimbulkan sakit hati.
Diambil dengan perubahan, dari: Pitutur Luhur Jawa (Pustaka Jawi, 2017), Asti Musman
Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :