Serat Wulangreh menuliskan enam watak manusia, yang sebaiknya dihindari. Pitutur ini tertulis pada bait ke 13 hingga 17. Enam watak yang harus dihindari tersebut, adalah lonyo, lemer, genjah, angrong pasanakan, nyumur gumuling, dan ambuntut arit.
Pertama, lonyo. Maksudnya adalah orang yang mulutnya tidak bisa dipegang. Mencla-mencle, tidak bisa dipercaya. Pada saat berbohong, sebenarnya ia sedang melawan apa yang seharusnya ia sampaikan.
Itulah sebabnya akan terjadi konflik batin, yang tidak mustahil membuat jiwa seseorang tertekan. Tekanan jiwa yang dilakukan setelah melakukan kebohongan, akan menyebabkan gangguan jiwa, baik berupa depresi, asietas, maupun gangguan fisik akibat kejiwaan, berupa penyakit psikosomatik. Psikosomatik adalah jenis penyakit fisik yang didasari oleh penyakit psikis.
Kedua, lemer. Maksudnya adalah orang yang tidak setia. Kalau laki-laki, ‘sedheng’, kalau perempuan dikatakan ‘laku ngiwa’ alias selingkuh.
Sesungguhnya, selingkuh tidak hanya didasari karena hubungan sedang dingin. Namun banyak faktor pemicu lainnya, seperti rasa tidak puas dengan pasangan, jenuh atau bosan dengan hubungannya dengan pasangan, sampai tidak dikaruniai keturunan.
Ada sebuah istilah yang sering digunakan, yaitu ‘selingkuh itu indah.’ Tapi pertanyaannya, apakah selingkuh itu indah, saat pasangan kita mengetahuinya? Atau skandal perselingkuhan kita terbongkar? Tentu tidak.
Ketiga, genjah. Maksudnya adalah mendahului pekerjaan sebelum waktunya. Genjah dapat diartikan sebagai upaya untuk memperoleh sesuatu melalui jalan pintas. Pepatah Jawa mengatakan, ‘aja nggege mangsa’ (jangan mempercepat atau mendahului waktu). Maksudnya karena melalui jalan pintas, maka segala sesuatu yang diinginkan dapat diraih secara instan.
Orang yang nggege mangsa, sering melakukan hal-hal yang kurang terpuji, asal keinginan atau cita-citanya tercapai. Tentu hal ini akan merugikan orang lain.
Keempat, angrong pasanakan. Maknanya adalah thukmis atau mata keranjang, yaitu suka mengganggu istri saudara dan pembantu. Seorang laki-laki dikatakan ‘thukmis’ kalau ia tidak tahan melihat wanita cantik, alias gampang jatuh hati, setiap melihat wanita yang ‘bathuknya klimis’ atau cantik.
Setiap melihat wanita cantik, ada saja caranya untuk mendekati, berkenalan, dan seterusnya. Wanita cantik yang menjadi sasaran, misalnya istri orang lain, istri saudara, atau bahkan pembantu rumah tangga.
Kelima, nyumur gumuling. Maknanya adalah orang yang tidak bisa menyimpan rahasia. Orang yang cenderung bicara tanpa memperhatikan siapa yang diajak bicara. Ia menganggap wajar saja untuk menyampaikan rahasia orang lain. Itulah sebabnya, sebaiknya rahasia disimpan sendiri, atau diceritakan pada orang-orang yang dapat dipercaya. Sebab, bagaimanapun rapatnya kita menyimpan rahasia, kadang keceplosan juga.
Keenam, ambuntut arit. Maknanya adalah orang yang enak di depan, tapi di belakang jadi masalah. Mbuntut arit juga dapat diartikan sebagai perilaku ‘mbendhol mburi.’ Orang yang mbendhol mburi diartikan sebagai orang yang bermuka dua. Orang yang bermuka dua, adalah orang yang patut kita waspadai, karena sangat berbahaya.
Mereka bisa dikatakan orang yang munafik, karena baik di depan, namun busuk di belakang. Mereka selalu berpura-pura baik, namun di belakang kita, mereka selalu mencoba untuk menghancurkan kita secara halus.
Diambil dengan perubahan, dari: Pitutur Luhur Jawa (Pustaka Jawi, 2017), Asti Musman
Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :