Dalam seni wayang (seni pakeliran), terdapat dua kitab babad yang menjadi sumber cerita untuk dikisahkan oleh seorang dalang, yakni Kitab Ramayana dan Kitab Mahabharata. Dua kita babad yang berasal dari India dan berlatar belakang ajaran agama Hindu.
Bila dilacak makna filosofisnya, baik Kitab Ramayana maupun Kitab Mahabharata mengajarkan bahwa keangkaramurkaan yang merupakan sifat Prabu Rahwana atau Prabu Doryudana hanya dapat ditaklukkan dengan kebajikan yang merupakan sifat Prabu Rama Wijaya atau Prabu Puntadewa. Dalam peribahasa Jawa, hal ini sering diungkapkan dengan Suradira jayaningrat lebur dening pangastuti. Sesakti apapun, namun bila orang tersebut memiliki sifat angkara murka akan dapat dihancurkan oleh kebajikan.
Selain pada kisahnya, makna filosofis dalam seni wayang tersirat dalam pagelarannya. Karenanya dalang, blencong, kelir, dan simpingan yang merupakan bagian penting dalam pagelaran wayang tersebut memiliki makna filosofis yang saling bertautan antara satu dengan lainnya.
Simpingan wayang yang berada di kanan dan kiri kelir melambangkan kebajikan dan keangkaramurkaan, dua sifat yang ada di alam kehidupan manusia. Sementara kelir melambangkan jagad raya, dimana manusia dan seluruh makhluk ciptaan Tuhan melangsungkan hidupnya.
Blencong melambangkan sumber cahaya yang dapat diidentikkan dengan matahari. Sementara, dalang yang merupakan penggerak kehidupan wayang tersebut mengajarkan bahwa Tuhan yang menggerakkan kehidupan manusia itu tidak dapat dilihat dengan kasat mata. Mengingat pada jaman dahulu, orang menonton wayang dari belakang kelir, sehingga hanya gerak wayang yang dapat disaktikan. Bukan dalangnya, seperti sekarang ini.
Dari uraian tersebut, bahwa seni wayang memiliki makna filosofis jawa yang tinggi. Karenanya, seni wayang merupakan seni adiluhung yang mengajarkan filosofi Jawa bagi setiap manusia. Filosofi Jawa yang bukan sekedar berkaitan dengan sifat baik dan buruk, namun pula merambah hubungan kosmis yakni jagad ageng (dalang) dengan jagad alit (kelir, wayang, dan blencong).
Diambil dari: Sejarah Agama Jawa (Araska, 2019), Sri Wintala Achmad.
Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :