Tahukah Anda, Ada 6 Lokasi Pesugihan Paling Keramat di Jawa

.

Ada sejumlah tempat di tanah Jawa yang rutin menjadi tujuan ngalap berkah dan dikenal sebagai tempat keramat sumber pesugihan. Diantara tempat-tempat tersebut antara lain:

1. Pantai Laut Selatan

pesugihan gunung kemukusTelah menjadi pengetahuan umum bahwa pantai di sebelah selatan Pulau Jawa bukanlah pantai sembarangan. Melainkan sebuah keraton atau kerjaan gaib yang tidak dapat dilihat dengan mata manusia biasa. Letak pintu gerbang kerajaan gaib ini berada di Parangkusuma, Yogyakarta. Adalah Kanjeng Ratu Kidul yang berkuasa di kerajaan gaib ini.

Layaknya tata pemerintahan dalam kerajaan manusia, keraton gaib juga memiliki tatanan pemerintahan mereka sendiri. Dalam memimpin kerajaannya, Kanjeng Ratu Kidul didampingi oleh Nyi Blorong sebagai patih. Tugas patih antara lain menyelenggarakan upacara khusus dalam keraton dan memerintah serta membawahi para prajurit.

Prajurit Keraton Ratu Kidul terdiri dari berbagai jenis lelembut, seperti siluman, jin, wewe dan lain sebagainya. Selain didampingi oleh Nyi Blorong sebagai patih, Kanjeng Ratu Kidul juga dikawal oleh sejumlah abdi yang memiliki kesaktian luar biasa. Antara lain Kyai Taman Wakul, Kyai Jangkung Sari, Jaka Lelana, Jaka Wasesa, Jaka Sembrana, Jaka Jomengok dan Dhadhung Awuk.

2. Gunung Kawi

Dua orang pendakwah Islam yang dimakamkan di Gunung Kawi adalah Kiai Zakaria II dan Raden Mas Iman Sujono. Kiai Zakaria II adalah cucu Pangeran Diponegoro yang berarti buyut Pakubuwono I (Raja Kraton Kartasura -1705-1719). Sedangkan RM Iman Sujono adalah buyut Sultan Hamengku Buwono I (Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, 1755-1792l. Silsilah ini menandakan bahwa kedua tokoh tersebut masih berdarah ningrat Mataram.

Selepas tertangkapnya Pangeran Diponegoro, sisa laskar beliau terbagi menjadi tiga. Pertama, golongan yang lelah berperang sehingga memilih untuk menyerahkan diri dan bekerja sama dengan Belanda. Kedua, golongan militan yang tetap melanjutkan perjuangannya di jalan gerilya. Ketiga adalah golongan yang menyadari ketidakmampuan dan ketidakmungkinan dalam melawan Belanda, sehingga memilih untuk mundur. Kiai Zakaria dan RM Iman Sujono termasuk dalam golongan ini. Keduanya melarikan diri ke Blitar dan menetap di Kecamatan Kesamben sebagai petani. Untuk mengelabui Belanda, Kiai Zakaria menggunakan nama samaran Sajugo, yang secara bahasa berarti ‘sendiri.’

Pohon Dewandaru Gunung Kawi

Di padepokan Gunung Kawi, RM Iman Sujono menanam berbagai pohon jenis tanaman berbatang keras, seperti pohon nagasari, kweni, kepel, kesemek, cempaka, tanjung, kanthil, jenar, katimaha, jatimulya dan tanaman lainnya. Dari semua tanaman tersebut, yang paling menonjol adalah pohon Dewandaru. Pohon ini oleh etnis Tionghoa disebut pohon dewa karena konon hanya ditanam oleh para dewa dan kaisar.

Pohon Dewandaru yang ditanam RM Iman Sujono ini tumbuh menjadi pohon keramat. Masyarakat setempat percaya bahwa kejatuhan buah Dewandaru adalah pertanda baik, yaitu terkabulnya berbagai keinginan serta datangnya kekayaan. Karena itu para peziarah dan pengalap berkah senantiasa meluangkan waktu untuk duduk di bawah pohon, siapa tahu daun atau rantingnya jatuh.

Pada akhirnya, karena ikatan spiritualitas yang begitu kuat RM Iman Sujono dimakamkan dalam satu liang lahat bersama Kiai Zakaria. Uniknya, kedua tokoh ini terkenal juga di kalangan etnis Tionghoa. Bahkan Kiai Zakaria sampai disebut sebagai Taw Low She (Guru Besar Pertama) dan RM Iman Sujono disebut sebagai Jie Low She (Guru Besar Kedua).

Keyakinan mengenai tuah keramat Gunung Kawi sebagai tempat melapangkan rezeki semakin diperkuat dengan adanya sumbangan-sumbangan yang datang dari kaum konglomerat untuk membangun sejumlah titik di sana. Misalnya, bangunan masjid yang berdiri di dalam kompleks makam konon merupakan hasil sumbangan seorang konglomerat yang berjaya di masa orde baru.

Bahkan, pendiri rokok Bentoel dikabarkan sukses setelah bermeditasi di Gunung Kawi. Maka tak heran jika orang-orang pun semakin ramai berhamburan untuk ngalap rezeki.

Namun meski kedatangan peziarah tak pernah surut, juru kunci makam Gunung Kawi mengemukakan bahwa kebanyakan dari mereka langsung ciut nyalinya begitu memasuki bangunan makam. Sampai gemetar tangan mereka yang datang sambil membawa sekeranjang bunga mawar. Khawatirnya, tempat tersebut bisa meminta tumbal untuk setiap pesugihan yang diinginkan.

3. Goa Gedung Manik

Goa kecil yang terletak di Desa Citarik, Sukabumi ini memang sering dikunjungi peziarah, bahkan para pejabat yang pernah melawat ke sana pun tak kurang jumlahnya. Selain karena ingin mendapatkan keberkahan hidup, banyak yang datang ke Goa Gedung Manik karena menginginkan rezeki dan keselamatan.

Goa Gedung Manik yang memiliki panjang sekitar 15-20 meter tersebut konon merupakan petilasan Kanjeng Ratu Kidul sejak dua ratus tahun silam. Pengunjung umumnya hanya diperkenankan memasuki goa setelah memenuhi sejumlah persyaratan. Seperti menyiapkan sesaji, melakukan ritual khusus dan lain sebagainya.

Tidak jauh dari Goa Gedung Manik, terdapat Goa Lalay yang sebetulnya masih satu badan dengan Goa Gedung Manik, meski merupakan dua goa yang berbeda. Kemudian di sebelah kiri Goa Lalay, ada sebuah goa lagi yang mirip dengan lubang air. Goa yang dinamakan Goa Landak tersebut juga merupakan tempat pesugihan.

4. Air Terjun Guci

guciDi punggung Gunung Slamet, Slawi, Jawa Tengah, ada sebuah tempat pesugihan yang dikenal dengan nama Air Terjun Guci. Uniknya, di sini si pelaku pesugihan diwajibkan untuk bersetujuh di bawah guyuran air terjun setiap seribu hari sekali. Bila sampai tidak dilakukan, nyawa lah yang jadi tumbal.

Lokasi Air Terjun Guci memiliki hawa sejuk khas daerah pegunungan. Bagi orang biasa, Air Terjun Guci nampak seperti tempat wisata pada umumnya. Tetapi bagi mereka yang memiliki kemampuan spiritual tersendiri, Air Terjun Guci bisa menjadi tempat bermeditasi atau menggembleng ilmu lewat olah batin tertentu. Air Terjun Guci dipercaya sebagai pintu gerbang menuju kahyangan, layaknya sebuah tangga menuju langit.

Kebanyakan dari mereka yang bertandang ke Air Terjun Guci adalah kaum wanita, karena memang tempat ini diyakini memiliki khasiat untuk mengembalikan fungsi organ reproduksi perempuan. Bahkan sekaligus mengobati penyakit kulit dan menambah kecantikan.

Tetapi Air Terjun Guci bukan hanya tempat untuk mencari keindahan paras rupa, banyak juga yang ke sana karena ingin semakin kaya. Caranya adalah melalui ikatan perjanjian dengan siluman Naga Cerek yang bersemayam di balik Air Terjun Guci. Biasanya, tumbal pertama yang diminta adalah salah satu anggota keluarga. Sedangkan untuk selanjutnya bisa menumbalkan siapapun yang ikut memakan uang hasil pesugihan.

Mereka yang berniat mengambil pesugihan di Air Terjun Guci terlebih dulu perlu menemui juru kuncinya. Juru kunci inilah yang akan memberi syarat-syarat ritual, sedangkan ritualnya sendiri hanya dapat dilakukan pada malam Jumat Legi atau Selasa Kliwon. Diantara syarat yang perlu dipenuhi antara lain minyak wangi jenis tertentu, kemenyan, kembang dan tumpeng.

Selama proses ritual, siluman Naga Cerek akan hadir. Tanda kehadirannya dapat dilihat dari riak pada air kembang yang ditaburkan di atas nampan. Begitu siluman Naga Cerek muncul, si juru kunci akan kehilangan kesadarannya.

Selanjutnya pelaku pesugihan harus mandi di Air Terjun Guci sambil berendam. Tetapi ia tidak mandi sendiri, seorang wanita harus membarenginya. Itupun si wanita harus bersedia mengandung ‘benih’ pesanan siluman Naga Cerek.

Meskipun kedengarannya agak repot, tapi ternyata mencari perempuan yang bersedia tidaklah sulit. Sebab banyak juga yang dengan senang hati membantu menyempurnakan lelaku si pencari pesugihan, dengan harapan agar bisa kembali menjadi gadis cantik seusai ritual tersebut dilaksanakan.

Setelah ritual bersetubuh di Air Terjun Guci ini selesai, selanjutnya pelaku pesugihan harus menyajikan kenduri. Pada saat berlangsungnya kenduri inilah salah satu anggota keluarga yang dijadikan tumbal akan mati mengenaskan.

Selanjutnya untuk melanggengkan perjanjian, setiap seribu hari sekali pelaku pesugihan tadi harus datang ke Air Terjun Guci untuk melakukan ritual persetubuhan seperti yang sebelumnya telah ia lakukan. Bila syarat seribu hari ini sampai terlupa, nyawa sendirilah yang akan melayang beserta nyawa seluruh anggota keluarganya.

5. Pandan Sigegek

Pandan Sigegek adalah nama kawasan wisata alam yang terbentang di sepanjang barat pantai Trisik, Kulonprogo, Yogyakarta. Daerahnya cukup terpencil dan jauh dari pemukiman penduduk setempat. Di ujung barat, ada sebuah gumuk atau dataran tinggi menyerupai gunung yang menjadi titik ritual pesugihan.

Suasana angker di puncak gumuk Pandan Sigegek tidak terelakkan, karena sejumlah sesaji dan tungku pembakaran dupa yang terdapat di sana. Di samping itu, rimbunan pepohonan dan ilalang liar juga semakin membuat suasana terasa mengerikan. Sebagai pertanda titik tempat meletakkan sesaji, sebuah batu cadas sengaja dipasang di puncak gumuk Pandan Sigegek.

Permohonan pesugihan bagi mereka yang bertirakat di Pandan Sigegek ditujukan kepada Kanjeng Ratu Kidul, sang penguasa Laut Selatan. Konon, godaan selama bertirakat di Pandan Sigegek sangat berat. Ada yang melihat mayat digotong berulang kali, ada juga yang melihat seekor kepiting sebesar sepeda motor. Bila berhasil, si pelaku tirakat akan mendapat petunjuk gaib melalui mimpi.

Harga yang harus dibayar sebagai ganti pesugihan memang tidak murah. Mereka yang mengikuti pesugihan di Pandan Sigegek harus merelakan diri menjadi budak syetan setelah mati. Itu kalau berhasil. Kalaupun gagal, hidup pelaku pesugihan tadi bisa semakin susah. Malah sampai terkena penyakit berat yang tidak bisa disembuhkan.

6. Gunung Kemukus

gunung kemukusSiapapun yang pernah terpikir atau mendengar tentang pesugihan pasti pernah mendengar nama Gunung Kemukus. Tempat pesugihan ini sesungguhnya merupakan tempat wisata ziarah makam Pangeran Samudra. Satu hal yang sejak dulu selalu menarik untuk diulas seputar Gunung Kemukus adalah keyakinan bahwa mereka yang berniat mencari pesugihan di sana harus berhubungan intim dengan lawan jenis yang bukan pasangan resmi. Tidak tanggung-tanggung, ritual hubungan seks ini harus dilakukan sampai tujuh kali dalam jangka waktu satu lapan atau 35 hari.

Pangeran Samudra yang dimakamkan di Gunung Kemukus sendiri merupakan putra Raja Majapahit terakhir dari salah seorang selirnya. Sewaktu Majapahit runtuh, Pangeran Samudra tidak ikut melarikan diri seperti saudara-saudaranya yang lain. Oleh Sultan Demak, Pangeran Samudra beserta ibunya bahkan ikut diboyong ke Demak Bintoro sewaktu masih berusia 18 tahun.

Pangeran Samudra dibimbing oleh Sunan Kalijaga selama berada di Demak. Kemudian ia diperintahkan untuk berguru kepada Kyai Ageng Gugur yang sesungguhnya merupakan kakak Pangeran Samudra sendiri. Setelah selesai berguru, Pangeran Samudra beserta kedua abdinya kembali ke Demak.

Dalam perjalanan, mereka beristirahat dan sempat bermukim sementara untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Gemolong. Pangeran Samudra melanjutkan perjalanan ke barat dan sampai di tempat yang saat ini dikenal dengan nama Dusun Kabar. Di sinilah beliau terserang demam yang membuat Pangeran Samudra tidak dapat melanjutkan perjalanan ke Demak.

Salah seorang abdi Pangeran Samudra ketika itu diperintahkan untuk mengabarkan kondisinya kepada Sultan Demak. Sekembalinya sang abdi, Pangeran Samudra telah meninggal dunia dan dimakamkan di perbukitan sebelah barat dukuh sesuai petunjuk yang diberikan Sultan.

Setiap menjelang musim hujan atau musim kemarau, selalu nampak kabut hitam di atas bukit tempat Pangeran Samudra dimakamkan. Kabut hitam tersebut nampak menyerupai asap kukusan. Karena itulah sampai sekarang, bukit tempat dimakamkannya Pangeran Samudra disebut Gunung Kemukus.

.

.


Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :

Atau Hubungi Admin Mas Wahyu dibawah ini :

Bacaan Paling Dicari: