Inilah 9 Lelaku Pesugihan Jawa yang Wajib Anda Ketahui

.

‘Lelaku atau tirakat adalah suatu cara yang dilakukan untuk mendapatkan hal tertentu.’


Seperti halnya dalam aliran kejawen, Pesugihan Jawa juga mengenal ritual, lelaku atau tirakat yang terdiri dari puasa dan tapa (semedi). Tujuan akhir dari dilakukannya semua lelaku tersebut adalah sama, yaitu untuk mencapai kemakmuran hidup. Meski tujuan akhirnya sama, prosesnya bisa jadi berbeda. Sama-sama membaca mantra, bertapa dan berpuasa, bukan berarti yang diniatkan seorang pelaku Pesugihan Jawa juga sama.

Sebagian orang rela bersusah payah bertirakat dan berpuasa hingga badannya kurus kering demi mengharapkan kekayaan, tetapi mereka melakukannya dengan niat yang tidak tepat. Puasa maupun semedi seharusnya diniatkan sebagai jalan untuk memperoleh kekayaan, dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kaya. Tetapi sebagian orang justru melakukan lelaku tersebut dengan niat untuk mendapatkan pertolongan setan. Tidak heran jika akhirnya hanya kesesatan dan kesusahan yang mereka dapat.

Mengapa kesusahan? Karena dilihat sepintas lalu saja lelaku Pesugihan Jawa memang terbilang tidak mudah. Apalagi bagi mereka yang sebelumnya masih sangat awam dengan dunia supranatural. Inilah mengapa pelaku pesugihan lebih suka mencari perantara, yaitu seseorang dengan ‘kemampuan’ lebih yang bisa menjembatani tercapainya niat tanpa harus melakoni sendiri semua lelaku yang diperlukan.

Setidaknya ada sembilan lelaku yang lazim dilakukan dalam ritual Pesugihan Jawa, kesembilan lelaku tersebut terdiri dari tiga semedi (tapa) dan enam jenis puasa.

Semedi (tapa)

tirakat kejawenBertapa sebenarnya hampir seperti bermeditasi, tetapi waktu yang diperlukan dalam pelaksanaannya lebih lama. Perbedaan antara meditasi dan semedi biasanya dibatasi dengan hitungan satu hari. Bila bermeditasi selama lebih dari sehari, maka lelaku tersebut dinamakan semedi.

Selama ratusan tahun, spiritualis Jawa secara umum meyakini semedi atau tapa sebagai lelaku yang paling efektif untuk membangkitkan kekuatan gaib dalam diri pelaku Pesugihan atau menghubungkannya dengan kekuatan gaib yang berada di luar badan.

Tiga jenis pertapaan atau semedi yang umum dilakukan dalam ritual Pesugihan Jawa antara lain:

1.  Tapa Pendhem

Istilah Tapa Pendhem berasal dari kata ‘pendhem’ yang berarti memendam diri. Disebut demikian karena lelaku ini dilakukan dengan cara memendam atau mengubur diri di dalam tanah.

Umumnya Tapa Pendhem dilakukan seperti upacara penguburan mayat, pelaku tirakat dimandikan terlebih dulu, kemudian dikafani dan dimasukkan dalam peti mati. Selanjutnya ia dikuburkan dalam tanah bersama seutas tali yang diikatkan pada pergelangan tangan sebagai pertanda masih hidup atau tidaknya pelaku pesugihan tersebut.

Lelaku Tapa Pendhem sangat jarang dilakukan, bisa dibilang hanya satu dari sejuta orang yang berhasil melakoninya. Bahkan bisa jadi, orang yang melakukan Tapa Pendhem mengalami kematian sesaat.

2.  Tapa Pati Geni

Tapa Pati Geni dimaksudkan sebagai rahasia si pelaku pesugihan, tidak seperti Tapa Pendhem yang dalam pelaksanaannya tentu memerlukan bantuan pihak lain. Tapa Pati Geni dilakukan dengan pakaian lengkap, bersih dan berada di tempat yang gelap. Tetapi ada juga spiritualis yang melakoni Tapa Pati Geni tanpa sehelai benang pun alias telanjang bulat.

Pati Geni berarti mematikan api, dengan demikian si pelaku harus bersemedi dalam keadaan gelap gulita. Maksud dari dilakukannya Tapa Pati Geni sesungguhnya adalah untuk mematikan api nafsu dalam diri, sehingga si pelaku pesugihan menjadi siap untuk menahan dirinya demi mendapatkan hasil yang jauh lebih besar dari sekedar godaan.

Percaya tidak percaya, dalam sejarah aliran kejawen ada orang yang sanggup mengurung dirinya dalam ruangan gelap untuk bertapa Pati Geni selama dua tahun.

3.  Tapa Ngalong

Kata ‘kalong’ berarti kelelawar. Sedangkan yang disebut dengan Tapa Ngalong adalah lelaku yang dilakukan dalam posisi bergantung terbalik, layaknya kelelawar yang bergelantungan tanpa suara.

Posisi sungsang dengan kepala dibawah dan kaki di atas ini biasanya dilakukan dengan cara bergantung pada dahan pohon. Tanpa bergerak layaknya kelelawar. Bila dilakukan dengan sabar dan benar, semedi jenis ini sangat baik untuk melatih keteraturan napas dan kepekaan supranatural.

Umumnya, pelaku Tapa Ngalong membarengi lelakunya dengan puasa Ngrowot.

Puasa

Puasa artinya menahan. Jadi sebenarnya puasa bukan semata-mata soal tidak minum atau tidak makan. Tetapi juga menahan keinginan-keinginan lain untuk mendapatkan tujuan yang lebih besar.

Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, ada ungkapan yang mengatakan bahwa semua kekuatan bisa ditebus dengan rasa lapar. Menahan diri untuk mendapatkan pencapaian tertinggi di kemudian hari, termasuk bila hajat yang dituju adalah hajat pesugihan atau kekayaan.

1.  Puasa Mutih

Kata ‘mutih’ memang berasal dari kata putih, tetapi yang dimaksud ‘putih’ di sini adalah anyep atau tanpa rasa. Sehingga pelaku Puasa Mutih diharapkan agar tidak mengkonsumsi apapun selain nasi putih dan air putih saja.

2.  Puasa Ngebleng

Puasa Ngebleng dilakukan dengan cara tidak makan dan tidak minum, tanpa terputus selama tiga hingga empat puluh hari. Karena membutuhkan penguasaan ilmu gaib yang mumpuni, tak jarang Puasa Ngebleng disebut-sebut sebagai jenis puasa yang menjadikan pemiliknya memiliki karakter makhluk halus, yakni tidak mudah mati. Memang, sebagian pelaku Puasa Ngebleng terkenal kesulitan mencapai ajalnya di hari tua.

3.  Puasa Weton

Weton artinya hari lahir menurut penanggalan Jawa. Berpuasa Weton berarti berpuasa pada tanggal yang merupakan hari kelahiran si pelaku pesugihan. Masyarakat Jawa meyakini bahwa weton atau hari lahir merupakan hari naas, hari yang sering membawa kesialan. Karena itu baiknya hari weton dijadikan hari untuk bertirakat sesuai tujuan yang ingin dicapainya.

4.  Puasa Ngrowotsayur

Berpuasa Ngrowot berarti menahan diri dari segala macam makanan yang bernyawa. Dengan demikian, pelaku Puasa Ngrowot hanya memakan buah dan sayur saja, selayaknya vegetarian. Jenis puasa ini merupakan puasa yang paling tepat untuk membersihkan diri secara spiritual demi membuka kelancaran rezeki. Bila hajatnya sudah tercapai, pelaku boleh kembali makan seperti biasa.

5.  Puasa Ngrame

Puasa Ngrame termasuk jenis puasa yang agak sulit dijalankan. Karena pelakunya diharapkan untuk melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa membawa bekal. Serta menolong siapapun yang membutuhkan bantuan tanpa meminta imbalan. Hal ini dimaksudkan agar setelah mencapai kemakmuran nanti, si pelaku pesugihan tidak lupa untuk berbagi atau bersedekah dengan sesamanya.

6.  Puasa Mader Bungkuk

Nama Puasa Mader Bungkuk sebenarnya merujuk pada hewan udang. Dalam bahasa Jawa, udang disebut urang. Sedangkan inti dari Puasa Mader Bungkuk adalah mengurangi porsi makan. Jadi bukan tidak makan sama sekali. Tetap makan sehari tiga kali, tapi setiap kali makan hanya satu porsi. Tidak boleh menambah sedikitpun.

Misalnya, ketika makan Anda meletakkan sekepal nasi dan lauk di atas piring. Lalu Anda mulai makan. Maka hanya yang ada di atas piring itulah yang boleh dimakan, Anda tidak boleh menambah lauk lagi, juga tidak boleh menambah nasi lagi.

Tidak diperkenankan memakan camilan selama melakoni Puasa Mader Bungkuk.

Dari kesembilan lelaku tersebut, tidak semuanya dilakukan dalam setiap ritual Pesugihan Jawa. Ada yang memadukan satu atau dua diantaranya, bahkan ada juga yang telah menyempurnakan amalan Pesugihan Jawa sehingga pengamal tinggal menjalankan yang ringan-ringan saja. Sementara tirakat intinya dilakoni oleh guru yang berperan sebagai perantara.

Bagaimana, Anda tertarik untuk mengamalkan lelaku Pesugihan Jawa sendiri atau mengikuti bimbingan guru sebagai perantara?

.

.


Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :

Atau Hubungi Admin Mas Wahyu dibawah ini :

Bacaan Paling Dicari: