Tata cara Midodareni terdiri dari empat tahap. Dalam rangkaian pernikahan adat Jawa, proses midodareni lebih terfokus pada mempelai perempuan.
Tata Cara Midodareni, Seperti Apa?
Bila dilihat dari sejarahnya, malam Midodareni merupakan proses menjelang pernikahan yang dimaksudkan untuk menjadikan si calon pengantin makin menawan. Layaknya seorang bidadari, atau yang dalam Bahasa Jawa disebut widodari.
Pada saat malam Midodareni inilah, para bidadari diyakini turun dari kahyangan untuk bertandang ke rumah sang mempelai perempuan. Tujuannya adalah untuk ikut mempercantik dan menyempurnakan penampilan si mempelai yang bersangkutan.
Adapun susunan acara malam Midodareni ini terdiri dari empat tahap, yaitu:
- Jonggolan
Acara pertama dalam proses Midodareni adalah Jonggolan. Dalam tahapan ini, calon mempelai pria bertandang ke rumah calon mempelai wanita untuk bertemu dengan orang tuanya.
Didampingi oleh perwakilan keluarga besar, calon mempelai pria datang membawa berbagai bingkisan. Isinya antara lain adalah barang keperluan sehari-hari. Uniknya, bingkisan tersebut dibawa dalam jumlah ganjil sebagai syarat.
- Tantingan
Dalam tahap Tantingan, calon mempelai wanita diharuskan untuk memantapkan hati. Harus yakin pada pilihannya untuk menjadikan si jejaka sebagai pasangan hidup. Ia juga mulai menjalani masa pingitan. Sehingga tidak diijinkan keluar kamar selama waktu yang ditentukan, sedangkan si calon mempelai pria yang datang hanya ditemui oleh para keluarganya.
Selama dipingit inilah, calon mempelai wanita ditanya kembali oleh keluarganya, apakah benar bersedia dipinang. Kemudian pihak keluarga memberikan amanah dan pembekalan sebelum melangkah ke pernikahan.
- Penyerahan Catur Wedha
Pihak mempelai perempuan (dalam hal ini diwakili oleh orang tua) membacakan dan menyerahkan Catur Wedha yang berisi aturan dalam menjalani bahtera rumah tangga.
Catur Wedha ini sendiri merupakan empat wejangan yang ditujukan kepada kedua mempelai. Maknanya adalah bahwa dalam menjalani pernikahan, selalu ada aturan yang perlu diikuti demi menjaga keharmonisan rumah tangga ke depannya.
- Wilujengan Majemukan
Usai pembacaan Catur Wedha, malam Midodareni ditutup dengan Wilujengan Majemukan. Dalam acara ini para orang tua dari kedua calon mempelai saling bertemu dan merelakan anak mereka untuk membentuk rumah tangga.
Pihak calon mempelai wanita kemudian menyerahkan angsul-angsulan berupa makanan, kancing gelung atau pakaian. Serta sebuah pusaka yang berarti bahwa mempelai pria diharapkan untuk menjadi pelindung bagi keluarganya kelak.
Keempat tahapan Midodareni ini sangat mengedepankan kebersamaan dan kerukunan sebagai penunjang terwujudnya rumah tangga yang bahagia dan harmonis.
Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :