Dewa Ruci adalah nama dewa kerdil yang dijumpai Werkudara, dalam perjalanannya mencari air kehidupan. Nama ini kemudian menjadi lakon atau judul pertunjukan wayang, yang berkisah tentang ajaran hidup orang Jawa.
Dewa Ruci dan Pengenalan Jati Diri
Lakon yang merupakan bagian dari epos Mahabarata ini antara lain berkisah tentang kepatuhan seorang murid terhadap gurunya. Juga tentang kemandirian bertindak dan perjuangan keras dalam menemukan jati diri seorang manusia.
Dengan mengenali jati dirinya, maka seorang manusia akan tergerak untuk menemukan asal usulnya sebagai ciptaan Tuhan. Sedangkan pengenalannya terhadap Tuhan akan membawa si manusia ini untuk bertindak selaras dengan kehendak ilahi.
Meskipun lakon Dewa Ruci bukanlah bagian asli dari kisah utama pewayangan, namun cerita ini terbilang populer di kalangan masyarakat Jawa.
Werkudara Bertemu Dewa Ruci
Dikisahkan, Werkudara (atau Bima) memiliki seorang guru bernama Resi Drona. Oleh sang guru ia diperintahkan untuk mencari air kehidupan (tirta perwita). Air inilah yang konon akan membuat Bima mencapai kesempurnaan hidup.
Sebenarnya, perintah ini hanyalah upaya untuk menghindarkan Bima dari Perang Baratayuda. Werkudara yang memiliki jiwa murid sejati, langsung menjalankan perintah gurunya tanpa bertanya. Ia berangkat menuju tempat-tempat berbahaya yang telah ditentukan oleh Resi Drona.
Dalam perjalanannya, sampailah Werkudara di sebuah samudra. Disana ia menjumpai seorang dewa kerdil yang bernama Dewa Ruci. Wajahnya menyerupai Werkudara sendiri, namun ukurannya tidak lebih besar dari telapak tangan Werkudara.
Sang dewa mini memerintahkan agar Werkudara masuk ke telinga kiri Dewa Ruci. Sebuah perintah yang nampak mustahil, namun secara ajaib berhasil Werkudara lakukan.
Di dalam telinga sang dewa, Bima menemukan dunia yang maha luas. Ketika itulah Dewa Ruci mengungkapkan, bahwa air kehidupan sebenarnya tidak ada. Percuma dicari kemanapun tempatnya, sebab air kehidupan sesungguhnya ada di dalam diri manusia itu sendiri.
Pesan Moral Kisah Dewa Ruci
Manusia adalah jagad cilik (mikrokosmos) alias dunia kecil. Sedangkan alam semesta adalah jagad gede (makrokosmos) yang merupakan perwujudan Tuhan. Manusia yang selalu berhasrat untuk menemukan kebenaran ilahiah, akan berupaya untuk mengenali jati dirinya.
Tetapi mengenali jati diri itu tidaklah gampang. Karena semakin kita berusaha mengenali diri sendiri, maka yang terjadi kita justru mempersempit hakekat kesejatian. Apa yang coba dikenali sebagai jati diri kita, selalu akan nampak seperti potongan kecil dari kenyataan yang jauh lebih rumit dari bayangan.
Padahal jagad cilik dan jagad gede itu sama luasnya. Disana ada rahasia Tuhan yang disembunyikan. Barang siapa yang mengenali dirinya, maka ia juga akan mengenali Tuhannya. Kurang lebih seperti itulah keyakinan orang-orang Jawa pada masa lampau.
Perjalanan Werkudara dalam mencari air kehidupan, bahkan sampai mengalahkan naga dan bertemu dewa kercil, sesungguhnya mewakili perjuangan manusia dalam mengalahkan hawa nafsu. Karena nafsu-nafsu inilah yang menghalangi tercapainya kesempurnaan hidup, termasuk nafsu kekuasaan dan kesombongan.
Werkudara dianggap telah mencapai kesempurnaan, karena ia memiliki watak rela, patuh, waspada, rendah hati, dan tidak pernah lupa diri. Siapapun yang telah mengenali diri sejatinya, pasti melakukan semua hal tersebut demi mengamalkan tugasnya sebagai manusia di dunia.
Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :