Batara Guru (atau yang disebut juga Manikmaya), merupakan dewa yang merajai kahyangan dalam kisah pewayangan Jawa. Tokoh pewayangan ini mengatur wahyu kepada para wayang, sekaligus ilmu dan hadiah. Istrinya bernama Dewi Uma, dan dari Dewi Uma ini ia berputrakan delapan orang.
Kedelapan putranya tersebut adalah Batara Sambu, Batara Brahma, Batara Indra, Batara Bayu, Batara Wisnu, Batara Ganesha, Batara Kala, dan Hanoman.
Kelahiran Batara Guru
Dikisahkan, bahwa Batara Guru diciptakan oleh Sang Hyang Tunggal dari cahaya yang gemerlapan. Penciptaannya bersamaan dengan penciptaan Ismaya (Semar), yang tercipta dari cahaya kehitaman.
Kemudian diputuskanlah bahwa Manikmaya akan berkuasa di Suryalaya, sedangkan Ismaya turun ke bumi untuk mengasuh para Pandawa.
Ketika ia diciptakan, Batara Guru merasa dirinya paling sempurna. Perasaannya tersebut lantas diketahui oleh Sang Hyang Tunggal. Lalu bersabdalah ia bahwa Manikmaya suatu saat akan memiliki cacat berupa lemah di kaki, belang di leher, bercaling (=taring), dan berlengan empat.
Sabda Sang Hyang Tunggal untuk Batara Guru
Batara Guru merasa menyesal mendengar sabdaan Sang Hyang Tunggal tersebut. Terlebih lagi, suatu saat apa yang disabdakannya benar terjadi. Manikmaya pernah menemukan sebuah telaga manakala dirinya merasa sangat kehausan. Ketika meminum air telaga tersebut, disadarilah bahwa airnya beracun. Air telaga pun dimuntahkan, hingga di lehernya terdapat cacat berupa belang.
Manikmaya pula pernah memperhatikan bahwasannya manusia terlahir dengan keadaan kaki yang teramat lemah. Seketika itu juga, lemahlah kaki kirinya.
Lalu suatu ketika ia bertengkar dengan istrinya, Dewi Uma, sang Dewi mengutuk agar Manikmaya bercaling atau bertaring layaknya raksasa. Kutukan tersebut pun terjadi.
Suatu ketika Manikmaya melihat manusia yang sedang sembahyang, dengan baju menutupi badan, kemudian ia tertawa. Pikirnya orang tersebut berlengan empat. Maka seketika itu juga berlengan empatlah Manikmaya.
Batara Guru sendiri merupakan satu-satunya wayang kulit yang digambarkan dalam posisi menghadap ke depan. Ke arah manusia. Hal ini dapat dilihat dari posisi kakinya. Meskipun ia tetap menghadap ke samping, karena bentuknya yang berupa wayang. Ia juga memiliki tunggangan (atau istilahnya wahana), yaitu Lembu Nandini/ Andini.
Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :