Bobot, bibit, bebet. Tiga kata ini pasti cukup sering Anda dengar. Terutama dalam kaitannya dalam mencari menantu atau pasangan. Lalu, apa sebenarnya maksud ketiga kata ini?
Maksud Bobot, Bibit, Bebet
Bobot, bibit, bebet adalah tiga hal atau kriteria yang umum diperhatikan ketika mencari jodoh atau pasangan. Semacam alat kalibrasi bagi orang Jawa untuk menentukan calon menantu yang baik bagi anaknya.
Orang tua memang cenderung pemilih dalam urusan jodoh. Setidaknya demikianlah yang nampak dalam tradisi. Pasalnya, memilih pasangan hidup merupakan bagian penting dalam perjalanan berumah tangga dan berketurunan.
Ada lima perkara, yang dalam perjalanan hidup manusia, tidak dapat diketahui secara pasti. Kelima perkara itu adalah siji pesthi (satu, mati), loro jodho (dua, jodoh), telu wahyu (tiga, anugerah), papat kodrat (empat, nasib), dan lima bandha (lima, rezeki).
Meskipun jodoh termasuk dalam lima hal yang ditangani oleh Tuhan, namun sebagai manusia orang tua tetap berharap untuk memilah dan memilih pasangan bagi anak-anaknya. Dari sinilah muncul istilah bobot, bibit dan bebet yang kemudian dipegang sebagai kriteria.
Pertama, Bobot
Bobot artinya kualitas diri, baik secara lahir maupun batin. Termasuk keimanan, pendidikan, pekerjaan, kecakapan dan perilaku si calon yang bersangkutan. Inilah hal-hal yang perlu ditanyakan orang tua, sebelum menyerahkan anak perempuannya.
Tujuannya adalah untuk memastikan, bahwa si calon mempelai pria siap meminang sepenuhnya. Sanggup menafkahi, sanggup mengimami, serta sanggup mengasihi. Tidak akan baik jadinya bila bobot si pria dikesampingkan, hingga anak sendiri sampai tidak terurus dan hidup menderita. Bahkan dipukuli oleh suaminya.
Pertimbangan bobot ini meliputi:
- Jangkeping Warni (Lengkapnya Warna). Merupakan istilah yang merujuk pada sempurnanya fisik seorang calon menantu. Kiranya tidak bisu, buta, tuli, lumpuh atau impoten.
- Rahayu ing Mana (Baik Hati). Bisa diartikan sebagai ‘inner beauty’ dalam bahasa sekarang. Termasuk di dalamnya adalah kecakapan agama seseorang.
- Ngertos Unggah-Ungguh (Mengerti Tata Krama).
- Wasis (Ulet). Menantu yang baik haruslah rajin dan siap bekerja keras demi masa depan rumah tangga yang dinahkodainya.
Kedua, Bibit
Makna dari bibit adalah asal usul atau garis keturunan. Bukan berarti bahwa seorang calon menantu harus berdarah biru. Tetapi bermakna bahwa orang tersebut harus jelas latar belakangnya. Dari mana ia berasal, dengan cara apa dan oleh siapa ia dididik. Karena meski bagaimanapun, watak atau karakter adalah sesuatu yang berpotensi diturunkan dalam keluarga. Sehingga watak seorang calon menantu dapat dilihat secara kurang lebih dari watak orang tua yang membesarkannya.
Ketiga, Bebet
Bebet memiliki asal kata bebedan, atau cara berpakaian. Setiap orang wajar dinilai berdasarkan caranya berbusana. Karena cara seseorang menampilkan dirinya merupakan penggambaran dari apa yang ada dalam sejatinya orang tersebut.
Terlebih, jaman dulu cara berpakaian menunjukkan status sosial seseorang. Harkatnya, martabatnya. Kriteria ini sengaja diletakkan terakhir, pada posisi ketiga, karena bukan dianggap hal yang paling penting. Istilahnya, ‘Aja ketungkul marang kalungguhan, kadonyan lan kemareman’. Artinya, ‘Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi’.
Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :