Anda pasti pernah mendengar istilah pamor atau pamor keris. Sebenarnya, pamor tidak hanya dapat ditemukan pada keris saja. Sebab pamor adalah berkas atau guratan terang, yang terdapat pada bilah senjata logam. Semacam motif, begitu. Guratan motif ini muncul akibat pencampuran dua atau lebih material logam yang berbeda.
Pamor, dihasilkan dari proses pemanasan, pelipatan, dan penampaan yang berulang-ulang.

Ketika bilah senjata dibuat, logam yang berpijar panas belum meleleh, tetapi telah menjadi lunak. Bila dua logam (atau lebih) yang berpijar ini beda jenisnya, maka mereka akan saling berlekatan. Proses penempaan akan membuat titik melekatnya ini menjadi berkelok-kelok.
Disinilah keterampilan seorang pandai besi ditunjukkan, dalam kemampuannya untuk membentuk titik lekatan tersebut untuk mengikuti pola tertentu. Keterampilan memanipulasi bentuk pamor ini dikuasai oleh para empu keris di Nusantara.
Asal Usul Pamor Keris
Asal usul pamor keris sebenarnya masih banyak dipertanyakan. Sebab tidak ada data tertulis yang dapat menerangkan secara pasti, kapan leluhur orang Jawa mulai menggunakan teknik penempaan senjata berpamor. Namun melihat keris-keris Jalak Buddha sebagian sudah bergambar pamor, maka besar kemungkinan pamor keris sudah ada setidaknya sejak abad ketujuh Masehi.
Pamor yang dikenal ketika itu, terbentuk karena ketidaksengajaan. Beberapa macam bahan besi dari daerah galian yang berbeda dicampur jadi satu, dan menimbulkan nuansa warna yang tidak sama pada permukaan bilahnya. Sehingga muncullah gambaran pamor.
Bahan Pamor Keris
Pamor tidak sekedar bisa memamerkan pola. Tetapi juga dapat menunjukkan bahan apa saja yang membentuknya. Paling umum, ada empat macam bahan pamor yang paling sering dipakai dalam pembuatan keris atau tosan aji. Tiga diantaranya adalah logam alami, sedangkan bahan yang keempat adalah nikel, yang merupakan logam hasil pemurnian pabrik.
Bahan pamor paling tua adalah bahan yang berasal dari dua atau lebih senyawa besi yang berbeda. Pamor yang dihasilkan kemudian disebut pamor sanak. Sedangkan bahan pamor yang lain adalah batu meteor atau batu bintang. Penggunaan meteorit sebagai bahan pamor, tidak hanya dilakukan oleh para empu keris di Pulau Jawa. Daerah lain pun melakukannya juga, termasuk Sulawesi dan Kalimantan.
Bahan pamor yang ketiga adalah pamor luwu. Atau disebut juga bassi pamoro. Sedangkan bahan pamor yang keempat adalah nikel. Sekarang ini, nikel murni dijual kiloan dalam bentuk lempengan. Dari keempat bahan pamor ini, yang dianggap paling baik adalah batu meteor. Sebab batuan tersebut mengandung titanium yang memiliki banyak kelebihan dibanding bahan pamor lainnya.
Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :