Adipati Ranggalawe adalah pahlawan bagi masyarakat Tuban. Ia turut membantu Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit pada masanya. Meskipun sayang, pada akhirnya Ranggalawe harus tewas dengan label pemberontak.
Kisah Adipati Ranggalawe menurut versi masyarakat Tuban, tidak sama dengan apa yang tertulis dalam Kitab Pararaton maupun Kidung Ranggalawe. Dalam Kidung Ranggalawe, diceritakan bahwa sang adipati memberontak (ngraman) setelah tuntutannya tidak dipenuhi. Adapun tuntutan Ranggalawe sendiri adalah, agar pengangkatan Mpu Nambi sebagai Patih Amangkubumi dibatalkan.
Legenda Adipati Ranggalawe
Ranggalawe adalah putra Arya Wiraraja, yang menjabat sebagai Bupati Sumenep kala itu. Ia diutus sang ayah untuk membantu Raden Wijaya membuka sebuah hutan belantara. Tadinya, hutan ini adalah tempat berburu Raja Kediri, Jayakatwang.
Hutan inilah yang kelak akan menjadi pusat pemerintahan Majapahit. Meskipun baik Raden Wijaya maupun Ranggalawe pada mulanya hanyalah orang suruhan Kediri, namun tekad besar keduanya menjadikan sebuah dinasti baru dapat berdiri.
Runtuhnya Kerajaan Kediri adalah awal mula berdirinya Majapahit. Peranan Ranggalawe sangat besar dalam hal ini. Karena ialah yang berhasil mengalahkan pasukan Jayakatwang.
Kisahnya, waktu itu pasukan Tar-Tar datang ke Pulau Jawa. Tujuannya adalah untuk menuntut balas atas kejadian tidak menyenangkan di masa lalu. Pasukan Tar-Tar tersebutlah yang dimanfaatkan untuk menyerang Kediri.
Tidak hanya berhasil meruntuhkan kekuasaan Jayakatwang, siasat Raden Wijaya dan Adipati Ranggalawe juga berhasil mengusir pasukan Tar-Tar dari Tanah Jawa.
Awal Mula Pemberontakan Adipati Ranggalawe
Meskipun berjasa besar pada awalnya, ternyata setelah Majapahit berdiri, Ranggalawe tidak mendapat tempat yang sepadan. Ia berharap menjadi patih dan mendampingi Raden Wijaya hingga akhir hayat. Tetapi harapannya tersebut tidak pernah tercapai.
Sang adipati merasa marah dan tersinggung, ketika mendengar bahwa seorang tokoh bernama Nambi lah yang diangkat sebagai patih. Sementara Nambi dianggap tidak memiliki jasa apapun terhadap Majapahit. Ranggalawe pun melakukan protes, yang menjadi cikal bakal pemberontakannya.
Di lain pihak, Raden Wijaya sangat menyesalkan tindakan Ranggalawe. Ia sendiripun merasa marah, karena protes yang dilakukan tersebut dirasa menghina. Raden Wijaya memutuskan bahwa Ranggalawe (yang memang sudah berniat untuk melakukan pemberontakan besar) harus segera ditumpas.
Maka pertarungan antara Ranggalawe dan pasukan Majapahit pun tak terelakkan lagi. Setelah serangkaian pertempuran yang mematikan, sosok pembesar Majapahit ini pun tewas, di tangan pasukan kerajaan yang ia bangun sendiri dengan susah payah. Kisahnya tercatat sebagai pemberontakan pertama yang dihadapi Majapahit.
Sebagian besar pihak mungkin memang menganggap bahwa Ranggalawe lah yang salah. Tetapi bila dilihat dari sisi lain, dapat juga dikatakan bahwa yang ia perbuat itu wajar. Sehingga merupakan keputusan tepat bagi masyarakat Tuban yang menjunjungnya sebagai pahlawan besar. Paling tidak, atas jasa-jasa dan kegigihannya membangun kerajaan terbesar di Nusantara.
Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :