Filosofi Punakawan terlihat paling jelas dari nama dan watak masing-masing karakternya. Keberadaan empat sekawan ini bukan sekedar sebagai penghibur saja, tetapi juga penasehat dan pengajar budi yang baik.
Belajar Dari Filosofi Punakawan
Dalam kisah pewayangan, para Punakawan dikenal memiliki karakter yang unik dan khas. Keempatnya mewakili masyarakat kebanyakan. Lengkap dengan muatan berbagai macam peran seperti penasehat ksatria, penghibur, kritikus sosial, badut dan bahkan sumber kebijaksanaan hidup.
Isilah Punakawan terbentuk dari kata pana (yang berarti paham) dan kawan (yang berarti teman). Punakawan bukan sekedar abdi atau pengikut. Namun mereka memahami pula apa yang majikan mereka alami. Bahkan tak jarang memberikan nasehat untuk orang-orang kalangan atas tersebut.
Mengenal Filosofi Punakawan – Semar
Ada banyak versi tentang asal nama Semar. Salah satunya adalah ‘Ismar’ (atau mismar/ simaar) yang bermakna paku. Lidah Jawa lah yang menjadikan nama ini terucap sebagai Semar.
Paku dalam nama Semar mewakili tertanamnya iman. Ia kerap pula dipanggil Semar Badranaya, yang banyak diartikan sebagai melaksanakan perintah Tuhan untuk kesejahteraan manusia. Tokoh ini memang lekat dengan nilai ketuhanan.
Rambut kuncung Semar mewakili jiwa muda. Tetapi usia tuanya tetap nampak dari wajah yang keriput dan badannya yang bongsor. Matanya terlihat bersedih, tetapi bibirnya tersenyum lebar. Semua karakter ini antara lain menjabarkan tentang keseimbangan hidup. Meskipun bila dijabarkan lebih lanjut, filosofi karakter Semar akan menghasilkan bahasan yang jauh lebih panjang.
Mengenal Filosofi Punakawan – Gareng
Gareng si anak pertama tidak begitu pandai berbicara. Tidak juga ia pandai melucu atau mengkritik seperti saudaranya. Ia lebih banyak diam, meskipun tetap menghibur.
Secara fisik, Gareng digambarkan dengan berbagai kekurangan. Termasuk catat di bagian kaki dan tangan. Tetapi ia tetap hidup bahagia dan diterima oleh lingkungannya. Bahkan dalam satu cerita ia pernah diangkat menjadi raja. Ini berarti seseorang tetap dapat menggapai apapun yang dikehendaki, meski secara fisik ia tidak sempurna.
Nama Gareng berasal dari kata ‘Qariin’ yang bermakna teman. Teman yang harus dimiliki tiap-tiap manusia adalah teman yang mengerti dan mengarahkan kepada kebaikan. Soal seperti apa fisiknya tidak jadi soal.
Mengenal Filosofi Punakawan – Petruk
Petruk berbeda dari ayahnya, Semar. Tubuhnya tinggi kurus dengan hidung yang mancung. Ia dikenal senang bercanda, cerdas dan kerap berbuat jahil. Ia pandai bicara, mudah menarik hati, dan banyak melontarkan sindiran.
Namanya berasal dari kata ‘Fatruk’ yang diambil dari penggalan kalimat tasawuf, ‘Fatruk kulla maa siwallahi’. Maknanya adalah meninggalkan semua dan berserah diri kepada Tuhan.
Ciri fisik Petruk yang cenderung berbadan panjang (termasuk hidung dan rambutnya) mewakili pesan bahwa manusia harus dapat berpikir panjang. Termasuk menimbang secara jernih setiap persoalan dan bersabar menghadapi cobaan.
Mengenal Filosofi Punakawan – Bagong
Bagong adalah si anak bungsu. Ia nampak seperti bayangan Semar, mirip secara fisik. Hanya saja ia memiliki mata besar yang menyala dan bibir yang dikatakan memble.
Ia memiliki karakter yang lugu. Sering dijadikan bahan lelucon dengan tingkah yang tidak banyak menunjukkan kesopanan. Bagong kerap menjadi sumber hiburan di saat- saat yang paling genting sekalipun.
Nama Bagong konon diambil dari kata ‘Bagha’ yang artinya menolak atau memberontak. Istilah ini dapat diartikan sebagai upaya menolak kedzaliman atau memberontak terhadap keburukan dunia.
Keempat tokoh Punakawan tersebut pertama kali dipertunjukkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga dalam acara peresmian Masjid Agung Demak.
Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :