Berdasarkan Serat Pepeling lan Pamrayoga, dosa manusia ada tiga yang utama. Pertama, adalah dosa pada diri sendiri. Kedua, adalah menimbulkan kesusahan pada orang lain. Dan yang ketiga, adalah tidak merawat karunia Tuhan.
Apa Itu Dosa Manusia?
Istilah dosa, artinya adalah perbuatan yang melanggar hukum Tuhan atau agama. Berdasarkan Serat Pepeling lan Pamrayoga, dosa utama manusia ada tiga.
Lire eling pan mangkana
Weruh parluning ngaurip
Mung becik kang den upaya
Karana tak wurung mati
Pa gene laku maling
Mitenah sameng tumuwuh
Dosane tri prakara
Dhigin alane pribadi
Kapindhone maweh susahing sasama
Ping telu nora rumakesa
Marang gadhuhaning Widhi
Den ajak laku durjana
Garumutan saben ratri
Iku luput kapati
Ngasorken titipanipun
Sawiyah siya-siya
Ing benjang tekaning janji
Nora dadi intiping naraka
Maksud sadar memang demikian
Tahu kebutuhan hidupnya
Hanya mencari kebaikan
Karena suatu saat nanti pasti mati
Mengapa menjadi pencuri
Memfitnah sesama manusia
Dosanya ada tiga macam
Pertama dosa pada diri sendiri
Kedua menimbulkan kesusahan pada orang lain
Ketiga tidak merawat
Terhadap karunia Tuhan
Diajak berbuat kejahatan
Berkeliaran setiap malam
Itu salah besar
Merendahkan titipan Tuhan
Berlaku sewenang-wenang
Kelak bila telah sampai janjinya
Tentu akan menajdi kerak neraka
(Serat Pepeling lan Pamrayoga, Sinom bait 17-18)
Pertama, adalah dosa pada diri sendiri. Perasaan dosa itu antara lain diliputi oleh pikiran-pikiran dan perasaan negatif. Misalnya, kita terlalu keras mengkritik diri sendiri seolah kita melakukan banyak kesalahan. Kita terlalu percaya dengan penilaian orang lain terhadap kita, maka kita akan lekas marah, kecewa, atau kesal. Pada akhirnya berulang kali kita sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang sama, yaitu kita tidak menarik, kita bodoh, kita gemuk, kita malas, kita ini, kita itu, dan seterusnya.
Pencarian kesalahan tentu saja kerap tidak ada kaitannya dengan kenyataan. Bahkan, betapa luar biasa bagaimana sikap-sikap negatif itu tetap bertahan terlepas adanya bukti-bukti yang menunjukkan hasil yang sebaliknya.
Jika kita mengkritik diri sendiri dengan keras (mendzalimi diri sendiri), maka inilah saatnya melakukan sesuatu. Kini saatnya untuk menolak kritik diri dan menggantikannya dengan semangat mengasihani diri sendiri.
Caranya adalah dengan:
- Bersikaplah baik kepada diri sendiri, baik dalam cara berpikir terhadap diri sendiri, dan dalam cara merawat tubuh kita (misalnya kebiasaan makan dan tidur).
- Jangan menghakimi diri sendiri. Tetap jaga hati dan pikiran yang terbuka.
- Terimalah dan akui kebutuhan dan keinginan kita
- Izinkan kita mengkomunikasikan kebutuhan dan keinginan itu kepada orang lain. Kita memiliki hak untuk didengar
- Rayakan prestasi-prestasi kita dan maafkan segala kesalahan yang mungkin terjadi sesekali
- Penuhi hidup kita dengan kegiatan-kegiatan yang membuat kita bahagia.
Dosa utama yang kedua, adalah menimbulkan kesusahan pada orang lain. Seringkali kita secara tidak sadar bertindak egois atau ingin menang sendiri sehingga menyebabkan kesusahan bagi orang lain, misalnya terjadi konflik akibat kesalahpahaman.
Renungkan sikap-sikap kita terhadap hubungan kita dan cara terhadap menangani konflik. Dari mana sikap-sikap itu datang? Jika kita bisa mengubah perilaku kita sendiri secara lebih baik, kita akan mendapati sahabat atau orang lain melakukan penyesuaikan serupa. Maka yang kita lakukan yaitu:
- Jangan menebak pikiran. Banyak dari konflik dalam hubungan terjadi karena kita dan orang lain berasumsi bahwa orang lain tahu apa yang sedang kita pikirkan. Hal itu bisa menjadi lingkaran setan. Menebak pikiran bisa menyebabkan pertengkaran, yang kemudian dapat meracuni suasana hubungan sehingga kita berprasangka buruk pada orang lain. Misalnya ketika orang lain menunjukkan perilaku yang meresahkan kita, jangan langsung diambil hati. Emosi atau tindakan yang menjengkelkan itu mungkin sama sekali tidak ada hubungannya dengan kita. Maka, jangan menebak pikiran, mintalah penjelasan.
- Bernegosiasilah. Memenangi perdebatan dengan orang lain mungkin terasa seperti kemenangan, padahal yang kita ciptakan adalah frustasi, amarah, dan penolakan. Jadi, berupayalah untuk mengakhiri perdebatan dengan kesepakatan dan kompromi. Cara terbaik untuk memoles kemampuan bernegosiasi yaitu:
- Jangan mengeluh, mintalah. Mengeluh mungkin terasa baik, tetapi hal itu tidak akan menghasilkan perubahan. Sebaliknya, cobalah untuk permintaan yang spesifik dan realistis. Misalnya, jika teman tidak mau membantu menyelesaikan tugas kelompok, maka mintalah ia untuk mengambil bagian mana yang ia kuasai agar pekerjaan cepat selesai.
- Bersikap jelas tentang apa yang kita inginkan. Mengatakan apa yang benar-benar ada dalam pikiran kita bisa terasa sulit, tapi masalah akan terus berlanjut jika kita tidak melakukan hal itu. Maka, jelaskan apa yang kita inginkan terhadap orang lain.
- Berfokus pada masa depan, bukan masa lalu. Mengorek-korek masalah masa lalu tidak akan menciptakan perasaan pemecahan masalah yang positif. Jadi relakan saja apa yang tidak bisa kita ubah dan berkonsentrasilah pada masa depan.
- Memberi dan menerima. Jika kita meminta orang lain untuk melakukan sesuatu yang lebih suka mereka hindari, maka akan sangat membantu jika kita menawarkan hal positif sebagai imbalan. Dengan memberi dan menerima maka kita akan menemukan solusi untuk kesepakatan bersama tanpa menyusahkan salah satu pihak.
- Jinakkan pertengkaran sebelum lepas kendali. Jika amarah mulai membara, masih banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menghentikan keadaan sebelum berkembang menjadi pertikaian, maka lakukan hal berikut:
- Jangan bersikap permusuhan atau agresif dan hindari sarkasme, komentar di akhir pesan positif bisa sangat merusak hubungan.
- Berbicara lebih tenang dan pelan
- Rileks, hitung dari 1 sampai 10 sebelum berbicara dan ambillah napas dalam-dalam sebelum melontarkan kalimat
- Bersikaplah minta maaf
- Jika keadaan memanas, ambil jeda waktu, misalnya berpisah 10 menit lalu kembali untuk membicarakan masalah.
Adapun dosa utama manusia yang ketiga, adalah tidak merawat karunia Tuhan.
Salah satu cara merawat karunia Tuhan adalah dengan merawat tubuh. Rawatlah tubuh kita, maka upaya kita akan berbuah manis, baik secara fisik maupun psikologis. Karunia Tuhan berupa tubuh ini seringkali kita abaikan karena kita anggap sebagai hal yang biasa. Padahal jika kita ingin meningkatkan kebahagiaan kita, maka kita perlu mempraktekkan hal-hal yang dasar. Bukti ilmiah jelas bahwa pola makan sehat dan frekuensi tidur berkualitas dapat benar-benar membuat kita merasa lebih bahagia.
Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :