Cerita Dongeng dalam Tradisi Jawa Asli

Dongeng merupakan tradisi dari jaman Jawa Asli  yang berisi nilai-nilai tentang ketekunan, kesabaran, kejujuran, kepahlawanan, kepatuhan, kesetiaan, dan norma-norma yang berlaku dalam suatu masyarakat, yang berfungsi sebagai ajaran budi pekerti luhur. Selain itu, ada juga dongeng yang bercerita tentang pemujaan terhadap arwah leluhur atau nenek moyang, dewa-dewi, tokoh sakti, dan sejenis lainnya.

Dongeng seri Si Kancil (Kancil Nyolong Timun, Kancil Balapan Karo Keong, Kancil Ngapusi Baya, Jenange Nabi Suleman) adalah dongeng yang mengetengahkan tokoh binatang. Sementara dongeng-dongeng seperti Timun Emas Buto Ijo, Bawang Putih-Bawang Abang, Kleting Kuning, Jaka Kendhil, Keong Emas, Cindhelaras, Andhe-Andhe Lumut, ialah dongeng yang mengetengahkan tokoh manusia.

Selain itu, ada pula dongeng pelipur lara (hiburan belaka) yang dikisahkan untuk mengisi waktu menjelang tidur. Dongeng model ini merupakan media penyampaian pesan tentang budi pekerti kepada generasi muda, dimulai sejak masa kanak-kanak hingga remaja. Isi dan alur ceritanya pun disesuaikan dengan perkembangan usia dan tingkat kemampuan dari masing-masing kelompok pendengarnya. Dari dongeng tersebut diharapkan anak-anak dapat memahami sifat, watak, tingkah laku dan perbuatan tokoh-tokoh utamanya, untuk dapat ditiru dan dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

Perbuatan baik, jujur, saling menghormati, rukun, senang menolong sesama, akan mendapat pahala dan membawa pada kebahagiaan. Sebaliknya, perbuatan jahat, culas, suka menipu, usilan, akan menuai hasil perbuatannya sendiri dengan mendapat hukuman, celaka, dan siksa. Orang yang senantiasa belajar dari pengalaman hidupnya dan pengalaman hidup orang lain akan menjadi pandai dan bijaksana.

Berikutnya ada juga dongeng mitos, yang seolah-olah benar-benar pernah terjadi dan dianggap suci atau sangat dihormati oleh para penganutnya. Dongeng mitos memberikan pedoman dan arah tertentu bagi kelakuan, tindakan, dan perbuatan sekelompok manusia, yang tunduk kepada suatu kekuatan tak terjangkau, yang berada di luar dirinya. Inti ceritanya merupakan lambang-lambang kebaikan dan kejahatan, hidup dan kematian, dosa dan kesucian. Melalui mitos itu manusia dapat ikut serta mengambil bagian dalam kejadian-kejadian di sekitarnya dan menanggapi daya-daya kekuatan alam. Melalui mitos itu pula manusia memperoleh keterangan-keterangan tentang terjadinya dunia, langit, dan sebagainya.

Fungsi dongeng mitos itu antara lain:

  1. Memberikan daya kekuatan kepada manusia untuk mengambil bagian dengan proses alam sekitarnya.
  2. Memberikan kesempatan guna menyambung hidupnya dan menjamin kesuburan segala hal yang bertepatan dengan aneka macam peristiwa.
  3. Memberikan pengetahuan tentang dunia.

Dalam dongeng mitos ada kalanya diambil dari kisah leluhur atau cikal bakal sebagai tokohnya. Disini manusia mencari asal mula kehidupannya dan peristiwa-peristiwa kehidupannya melalui tokoh (leluhur) yang dihormatinya. Orang Jawa mengenal leluhurnya yang menurunkan dan membuka tempat untuk hidup manusia. Dasar-dasar identitas, kepribadian, nilai-nilai, norma-norma dalam komunitas ataupun kelompok diberikan oleh cikal bakal yang telah menjadi leluhur untuk dijadikan pedoman dan arah tindakan, kelakuan dari individu-individu dalam kelompok atau masyarakat yang bersangkutan.

Diambil dari: Mitologi Jawa (Narasi, 2019), Budiono Herusatoto.


Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :

Atau Hubungi Admin Mas Wahyu dibawah ini :