Ratu Kalinyamat yang bernama asli Retna Kencana merupakan putri Sultan Trenggana dan Kanjeng Ratu Pembayun. Bila dirunut dari garis kakek, Ratu Kalinyamat merupakan cucu dari Raden Patah atau cicit dari Bhre Kertabhumi (Raja Majapahit). Sementara bila ditilik dari garis nenek, Ratu Kalinyamat merupakan cicit dari Sunan Ampel (putra Sunan Malik Ibrahim dari Champa).
Babad Tanah Jawi menyebutkan bahwa Ratu Kalinyamat melaksanakan laku spiritual berupa tapa wuda asinjang rikma di Gunung Danaraja. Namun sumber lain menyebutkan bahwa Ratu Kalinyamat melaksanakan laku spiritual di Gelang Mantingan, Danarasa, dan berakhir di Gunung Danaraja.
Pengisahan Babad Tanah Jawa perihal Ratu Kalinyamat melaksanakan tapa wuda asinjang rikma yang merupakan bentuk perlawanan batinnya terhadap Arya Penangsang atas kematian Pangeran Hadiri dan Sunan Prawata memunculkan pro kontra di kalangan dua pihak.
Bagi pihak yang pro meyakini bahwa Ratu Kalinyamat melaksanakan tapa brata dengan telanjang diri dan menjadikan rambutnya sebagai penutup aurat. Sementara bagi pihak yang kontra, Ratu Kalinyamat tidak melaksanakan tapa brata dengan bertelanjang diri, melainkan menunaikan laku spiritual dengan meninggalkan urusan duniawi berupa kekayaan dan kekuasaan warisan Pangeran Hadiri di Kalinyamat.
Berpijak pada pendapat di muka bisa disimpulkan bahwa pihak yang kontra menandaskan bahwa penyebutan Ratu Kalinyamat melaksanakan tapa wuda asinjang rikma tidak dalam arti harfiah atau sebenarnya, melainkan dalam arti simbolik dan kiasan. Pendapat ini dikuatkan dengan menangkap realitas bahwa Babad Tanah Jawi merupakan karya sastra yang sarat dengan simbol dan kiasan. Di samping, Ratu Kalinyamat sendiri merupakan seorang penganut yang taat terhadap ajaran Islam.
Di kalangan sejarawan cenderung menyetujui bahwa pendapat dari pihak yang kontra mendekati fakta bahwa Ratu Kalinyamat tidak melakukan tapa wuda asinjang rikma dalam arti sebenarnya. Dengan demikian laku spiritual yang dilaksanakan Ratu Kalinyamat tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Selanjutnya beberapa pihak menafsirkan bahwa tapa brata yang dilakukan Ratu Kalinyamat sebagaimana dikisahkan dalam Babad Tanah Jawi sekedar melukiskan tentang kepasrahan total (lahir dan batin)nya di dalam mendapatkan keadilan dari Tuhan Sang Penguasa Semesta Raya.
Diambil dari: Ratu Kalinyamat (Araska, 2019), Sri Wintala Achmad
Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :