Prosesi ruwatan Jawa sudah lama dikenal ampuh sebagai cara buang sial. Melalui seperangkat lelaku ini, diharapkan hidup seseorang bisa menjadi lebih baik. Sebab ruwatan tidak hanya diperuntukkan untuk membuang kesialan atau nasib buruk, tetapi juga mendatangkan keberuntungan.
Ruwatan Jawa, Apa Itu?
Istilah ruwatan berasal dari kata ‘ruwat’ yang dalam Bahasa Jawa artinya ‘lepas’. Disebut demikian karena tujuan utama ruwatan Jawa adalah untuk melepaskan seseorang dari nasib buruk atau sengkala. Sengkala inilah yang menyebabkan terjadinya banyak kesialan dalam hidup. Ini berarti, bahwa asal mula dan pengertian ruwatan tidak terlepas dari sengkala atau kala itu sendiri.
Kala, atau yang juga disebut Bathara Kala, merupakan anak Bathara Guru dari Dewi Durga. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, Kala terjadi akibat perbuatan salah. Akibat suatu perkara yang tidak pada tempatnya.
Kisahnya kurang lebih seperti ini. Pada suatu ketika Dewi Durga pernah digauli setengah paksa oleh Bathara Guru. Dewi Durga awalnya menolak, karena keduanya tengah menunggangi Lembu Andini yang terbang di atas bumi. Dewi Durga kecewa terhadap sang suami yang tidak mau menahan nafsu dan memaksanya untuk bersetubuh di sembarang tempat.
Dalam peristiwa tersebut tumpahlah air mani Bathara Guru di lautan. Samudera menggelegar dengan hebat dalam sekejap. Tumpahan air mani yang terjatuh ke lautan tadi kemudian menjelma sebagai Bathara Kala, si raksasa jahat pemakan manusia.
Bathara Guru tidak tega bila harus membiarkan Kala lapar. Tetapi kekejamannya tetap harus dihentikan. Karena itu ia membatasi kebengisan Kala. Caranya, Kala hanya diperbolehkan memakan manusia yang termasuk golongan sukerta.
Apa itu sukerta?
Sukerta adalah bawaan lahir yang bersifat buruk, sehingga mengakibatkan kesialan dan kesedihan dalam hidup. Ada juga sukerta yang bukan merupakan bawaan lahir, namun merupakan akibat dari karma. Tetapi kebanyakan sukerta ini memang dibawa secara lahir, contohnya adalah anak yang terlahir pada waktu-waktu tertentu.
Untuk membuang nasib buruk ini maka orang melakoni ruwatan. Anak yang terlahir sukerta harus melakukan ritual buang sial. Agar kehidupannya tidak selalu dihantui kesialan dan ketidakberuntungan.
Bagaimana cara melakukan ruwatan Jawa?
Proses ruwatan dapat dilakukan menurut tata cara tertentu berdasarkan ajaran Jawa Kuno. Ada mantra, ada tirakat, ada sesajen khusus. Tetapi bila Anda awam dengan prosesi ini, lebih baik memakai metode Ruwatan Jawa yang telah disempurnakan oleh pakarnya. Jadi Anda tinggal terima bersih saja, tidak perlu susah payah sendiri.
Alasannya, bisa jadi tidak maksimal bila Anda asal meruwat diri tanpa tahu urutan langkah yang benar. Salah-salah bukan nasib buruk yang menghilang, malah Anda hanya akan dibuat repot saja. Apalagi bila Anda mengikuti metode ruwatan lama yang melibatkan pembacaan tembang serta kidung dan mantra ruwatan selengkapnya.
Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :