Keraton Pleret adalah istana raja Mataram yang hanya sempat berusia 33 tahun. Keraton ini didirikan oleh Amangkurat I, yang konon pernah menghukum para selirnya hingga mati kelaparan.
Asal Mula Keraton Pleret
Raja Amangkurat I mulai mendirikan keraton baru berdasarkan sebuah wahyu. Penerus Sultan Agung tersebut menerima titah leluhur agar memindahkan pusat ibukota dari Kotagede ke wilayah selatan Mataram. Lokasi ini sekarang terletak di Dusun Kedaton, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul.
Pleret dianggap sebagai lokasi yang tepat sebagai ibukota kerajaan. Karena daerah ini diapit dua sungai, yaitu Sungai Opak dan Gajah Wong. Dengan demikian letaknya bagus untuk pertahanan dari serangan musuh. Disana juga terdapat pasar tua yang masih lestari.
Tanah di daerah Pleret juga dianggap bagus untuk membuat batu bata. Bahan inilah yang kemudian dipakai untuk membangun istana. Pembangunan Keraton Pleret dimulai sekitar tahun 1647, tak lama setelah Amangkurat I naik tahta (1645).
Pada bagian depan istana, terdapat sebuah sumur yang digunakan untuk menjamas atau mencuci benda pusaka. Kompleks istana ini sendiri dikelilingi oleh benteng batu bata seluas 2.000 meter persegi, yang dikelilingi dengan saluran air.
Raja Amangkurat I memang terkenal suka mengalirkan air di lokasi kerajaan. Termasuk membangun sungai buatan (Segarayasa) untuk keperluan latihan perang.
Selain kompleks istana, Amangkurat I juga membangun sebuah masjid agung di bagian barat keraton. Masjid agung ini dikenal dengan nama Masjid Kauman Pleret. Jaraknya hanya sekitar 500 meter dari istana. Saat ini sendiri bangunan masjid tersebut sudah terkubur di dalam tanah dan tidak mungkin digunakan sebagai lokasi ibadah.
Kira-kira dua kilometer dari pusat kerajaan, dibangunlah makam di atas Gunung Kelir. Makam tersebut merupakan persemayaman Ratu Malang, istri tercinta yang dulu sang raja rebut dari seorang dalang. Kepercayaan yang beredar juga menyebutkan bahwa jasad Ratu Malang tetap dipeluknya selama tiga hari, karena tidak rela melepaskan kepergian sang istri.
Konon, Ratu Malang tewas diracun para selir yang iri. Lantaran Ratu Malang menjadi kesayangan. Kemudian para selir Amangkurat I tersebut dihukum dan dibiarkan mati kelaparan.
Lama kekuasaan Amangkurat I terbilang singkat, tidak sampai setengah abad. Pada tahun 1677 Keraton Pleret diserang pasukan Pemberontakan Trunojoyo. Ibukota beserta istana kemudian dipindahkan ke Kartasura, sebelum kemudian beralih lagi ke Keraton Jogja. Hal ini dikarenakan bila istana sudah pernah diserang, maka harus pindah dan tidak boleh digunakan lagi.
Sejak saat itulah Keraton Pleret tak terurus. Menghilang dan terkubur selama ratusan tahun. Baru belakangan ini, pemerintah daerah setempat menggali kembali dan mendirikan museum disana.
Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :