Apa Itu Islam Abangan?

Kaum Islam Abangan mempraktekkan agamanya dalam versi yang lebih sinkretis. Berbeda dengan mereka kaum santri yang cenderung ortodoks.

Mengenal Islam Abangan

Istilah ini makin hari memang makin jarang terdengar. Tetapi bukan berarti tidak ada sama sekali. Masyarakat menyebutnya kaum abangan, atau islam abangan. Oleh mereka yang murni santri, kaum ini kerap dianggap sesat atau kafir.

Benarkah demikian?

Abangan atau islam abangan adalah istilah untuk menyebut golongan kaum muslim Jawa yang mempraktekkan agamanya dalam versi lebih sinkretis. Lebih terpengaruh adat dan budaya. Tidak seperti para santri yang cenderung ortodoks dan menganut islam murni.

Istilah abangan ini, berasal dari kata ‘abang’ yang dalam Bahasa Jawa bermakna merah. Adalah Clifford Geertz yang pertama kali menggunakannya dalam The Religion of Java. Namun semakin hari, maknanya semakin banyak bergeser.

Kaum islam abangan cenderung mengikuti adat, bukan murni syariat. Mereka masih menjunjung tinggi sistem kepercayaan local, yang kebanyakan masih terdapat sisa-sisa tradisi Hindu, Buddha, maupun animisme. Hal yang seperti ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia. Tercatat, kalangan umat Islam di Mesir pun dulu pernah mempraktekkan hal serupa. Mengamalkan Islam dengan bumbu keyakinan tradisionalnya.

Asal Usul Islam Abangan

Versi lain mengatakan, bahwa istilah abangan diperkirakan berasal dari kata ‘aba’an’, yang dalam Bahasa Arab bermakna ‘yang tidak konsekuen’ atau ‘yang meninggalkan’. Huruf ‘ain tidak seberapa familiar bagi lidah orang Jawa, sehingga kemudian istilah ini terbaca Abangan.

Dengan demikian, istilah ini tadinya diperuntukkan bagi mereka yang sudah memeluk Islam, tetapi menjalankan agamanya tidak persis menurut syariat.

Dalam prakteknya, tidak semua penganut islam abangan menunaikan sholat, meskipun telah membaca syahadat. Mereka merasa dan mengaku muslim, tetapi tidak berjamaah di hari Jumat dan belum tentu menunaikan ibadah haji, sekalipun ia mampu. Namun umumnya mereka tetap berpuasa dan menunaikan zakat.

Kaum abangan sering dikaitkan dengan ajaran kejawen, padahal dua hal ini berbeda. Kejawen bukan agama. Melainkan seperangkat lelaku dan tradisi. Kaum abangan kebetulan adalah orang Jawa, jadi mereka lebih akrab terhadap konsep-konsep puasa, tetapi tidak seberapa familiar dengan kewajiban untuk menunaikan sholat.

Di masa kolonial, yang paling banyak menganut Islam Abangan adalah golongan priyayi. Para pegawai  keraton. Dalam perjalanannya, banyak juga dari mereka yang kebetulan beralih menjadi santri. Entah itu karena merasa terpanggil, atau adanya peristiwa tertentu yang menjadikannya sadar bahwa ia harus menjalankan syariat Islam dengan lebih tertib.

Jadi, bisakah kita menyebut kaum abangan sebagai penganut sesat?

Memang benar bila dikatakan bahwa keyakinan mereka tidaklah ideal, dari sudut pandang agama. Tetapi akan lebih buruk jadinya bila kita melabeli mereka dengan cap yang buruk. Mereka akan semakin merasa terasing dan terkucilkan di dalam komunitasnya sendiri.

Semestinya yang perlu kita lakukan justru adalah merangkul. Memahami dan menghargai budayanya. Agar kita bisa menunjukkan bagaimana semestinya agama ini diamalkan, tanpa mereka harus kehilangan jati dirinya.


Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :

Atau Hubungi Admin Mas Wahyu dibawah ini :