Belajar Dari Pengalaman – Serat Pepeling lan Pamrayoga

Marmane aja pepeka

Pekaken hawaning budi

Dadining sakeh sangsara

Karana kalingan lali

Lumuh sami ngelingi

Teberi gemining laku

Lekas arsa jumahkah

Angangkah tindak utami

Temah papa saking luput marganira

Artinya:

Karena itu jangan banyak tingkah

Kendalikan segala hawa nafsu diri

Penyebab semua kesengsaraan

Karena kita lupa

Tak mau mengingat pengalaman

Rajin dan hemat dalam berbuat

Memulai hendak melangkah

Menempuh tindakan yang baik

Tapi sengsara karena salah jalan.

(Serat Pepeling lan Pamrayoga, Sinom bait ke-1)

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Manusia selalu mencari si guru yang bernama pengalaman. Ia guru tanpa jiwa, yang selalu siap mendidik anak manusia yang mencarinya, dan terkadang tanpa sengaja ia memberikan pelajaran kepada anak manusia tadi. Itulah guru yang namanya pengalaman.

Sebuah pengalaman harus ditimba dari kegiatan fisik atau aktifitas seseorang. Jadi pada hakikatnya pengalaman didapatkan dari sebuah hasil kerja, dan bukan dari khayalan, mimpi, membaca buku, maupun mendengarkan ceramah.

Pengalaman adalah guru yang terbaik atau guru yang paling baik, namun yang harus diingat disini adalah kata ‘baik.’ Kata baik tersebut mempunyai konotasi umum. Artinya belajar dari pengalaman itu lebih baik, lebih cepat mengerti atau memahami, karena pernah melakukan sendiri. Akan tetapi belajar dari pengalaman itu tidak dapat membedakan mana yang baik (boleh dilakukan) atau yang tidak boleh dilakukan (larangan). Karena guru berupa pengalaman itu tidak bisa menasehati.

Misalnya, saat kita mencuri dan berhasil. Kemudian kita mengetahui seluk beluk cara mencuri yang jitu. Tentu ini hasil dari sebuah pengalaman, dan kita belajar dari guru yang namanya pengalaman tadi. Namun dalam pengetahuan tersebut bukan mendidik ke arah yang baik.

Maka untuk kehadiran guru hidup (manusia hidup) sebagai guru tetap menjadi hal yang terpenting di dalam menjembatani antara sebuah pengalaman dan pengajaran agar arah atau tujuannya tadi tidak lepas pada pendidikan moral. Sehingga siapapun tidak menjadi liar dan tidak terkendali.

Jaman terus berubah, pengalaman di masa lalu belum tentu cocok jika masih diterapkan untuk masa kini tanpa adanya penyempurnaan ataupun evaluasi. Walaupun demikian, dengan belajar dari pengalaman kita tidak akan mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama.

Bagaimana kita menyikapi pengalaman bisa dilihat dari kehidupan saat ini. Pengalaman berkaitan dengan waktu, peristiwa, informasi, dan lain-lain. Apa yang terjadi di masa lalu tentunya sangat berarti untuk saat ini. Kehidupan kita saat ini tidak pernah lepas dari masa lalu. Itulah sebabnya pengalaman memiliki manfaat antara lain:

Pengalaman memberikan pelajaran. Ada seorang karyawan yang sedang sibuk di ruang kerjanya, dan duduk di depan laptop. Ketika ia merasa haus, ia mengambil air dan minum. Setelah itu ia meletakkan gelas yang masih berisi air putih dekat dengan laptopnya. Tanpa sengaja tangannya mengenai gelas yang masih berisi air putih dan tumpahlah air minum itu ke laptopnya. Apa yang terjadi setelah peristiwa itu? Tentunya orang tersebut tidak sembarangan lagi meletakkan air minumnya. Itulah contoh pengalaman sehari-hari, bahwa pengalaman itu menjadi alarm kita dalam bertindak. Inilah yang disebut sebagai pengalaman memberikan pelajaran yang berarti.

Pengalaman itu mendewasakan seseorang. Dewasa itu tidak bisa diukur dari usia, namun lebih ditekankan kepada tingkah laku dan tindakan. Kedewasaan itu akan terlihat saat kita mengalami permasalahan hidup, dari permasalahan tersebut akan menimbulkan sebuah keputusan. Keputusan ini adalah sebuah pilihan. Sebelum kita menentukan sebuah pilihan, kita akan mempertimbangkan baik buruknya. Bagaimana kita mengetahui baik buruk tersebut? Salah satunya adalah dari pengalaman.

Diambil dari: Pitutur Luhur Jawa (Pustaka Jawi, 2017), Asti Musman


Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :

Atau Hubungi Admin Mas Wahyu dibawah ini :