Rahasia Kitab Pararaton

Kitab Pararaton antara lain berisi tentang sejarah Singasari dan Majapahit. Menurut perkiraan para ahli, kitab ini ditulis pada sekitar tahun 1613/ 1641 Masehi.


Isi Kitab Pararaton

Tergolong sebagai Sastra Jawa Pertengahan, Kitab Pararaton digubah dalam Bahasa Kawi. Naskahnya terbilang singkat, hanya terdiri dari 32 halaman seukuran folio. Total seluruhnya berjumlah 1126 baris.

Seperti kebanyakan karya sastra lama, Kitab Pararaton (atau Serat Pararaton) ditulis dalam bentuk prosa. Ceritanya mengikuti kronik Singasari, mulai dari kelahiran Ken Arok hingga menjelang jatuhnya Kerajaan Majapahit.

Setelah melewati proses penerjemahan di tahun 1896 dan penyuntingan di tahun 1920, Serat Pararaton akhirnya berhasil diterbitkan. Serta menjadi sumber sejarah penting terkait masa kejayaan masa lampau.

Menariknya, tidak pernah diketahui siapa yang menulis Pararaton. Hanya ada nama desa dan identitas waktu penyelesaian naskah yang dapat ditelusuri. Baru belakangan diketahui bahwa Serat Pararaton ternyata ditulis pada jaman Mataram, tepatnya dibawah kekuasaan Sultan Agung.

Meski kerap dibandingkan dan disejajarkan, Pararaton sebenarnya tidak seakurat Nagarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Serat Pararaton lebih mirip sebuah novel. Sarat akan kisah kepahlawanan, intrik politik, asmara, dendam, dan hasrat untuk berkuasa. Di dalamnya tergurat jelas betapa kudeta telah menjadi budaya politik nusantara.

Ada iri dengki antar saudara sendiri, ada obsesi, ada dendam pribadi dan hal lain-lain yang melatarbelakangi perebutan kekuasaan. Namun justru karena inilah, Pararaton nampak lebih berimbang  dibandingkan Nagarakretagama, yang hanya membombong soal manis dan indahnya jaman dulu kala. Nagarakretagama lebih mirip serangkaian ekspektasi, sedangkan Pararaton adalah realitanya. Tidak melulu nikmat dan indah, tetapi memang begitulah hidup manusia.

Rahasia Dibalik Kitab Pararaton

Meski kerap dijadikan rujukan utama dalam menganalisa sejarah Singasari dan Majapahit, Pararaton sebenarnya tidak lebih akurat, bila dibandingkan dengan prasasti-prasasti yang keabsahannya telah terbukti.

Bahkan siapa yang menulisnya pun sampai sekarang belum diketahui.

Terlebih lagi, ada terlalu banyak mitos, fantasi dan khayalan di dalam Serat Pararaton. Hal-hal diluar nalar ini nampaknya dipakai sebagai legitimasi terhadap tokoh yang diceritakan di dalamnya.

Fakta dan fiksi yang berbaur inilah yang menjadikan Pararaton penuh rahasia. Apakah kitab ini benar dimaksudkan sebagai rekaman atas kejadian masa lampau? Atau justru merupakan suatu cara untuk meramalkan atau menentukan kejadian di masa depan?


Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :

Atau Hubungi Admin Mas Wahyu dibawah ini :

Bacaan Paling Dicari: