.
Dulu, usaha rokok Ong Hok Liong pernah terpuruk. Ketika itu bertirakatlah ia ke Gunung Kawi. Sampai pada suatu malam ia bermimpi bertemu dengan seorang penjual talas, atau yang dalam bahasa setempat disebut bentul (bentoel= ejaan lama). Oleh juru kunci makam yang ditanyainya, Ong Hok Liong dianjurkan agar merek rokoknya diberi nama Bentoel. Usahanya meningkat drastis sejak saat itu, hingga ia pun kemudian menjadi konglomerat.
.
Anda yang sampai membuka halaman artikel ini pasti sudah pernah mendengar tentang Gunung Kawi. Bahkan sebagian dari Anda barangkali memiliki niat atau malah sudah pernah secara langsung bertandang ke area ziarah tersebut.
Di kalangan para pemburu pesugihan, Gunung Kawi yang terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur ini memang terkenal namanya. Tidak terhitung jumlahnya orang yang ingin mengubah nasib secara cepat dengan cara berziarah atau ngalap berkah di Gunung Kawi. Kepopuleran Gunung Kawi tidak terbatas di Indonesia saja, konon banyak juga warga negara asing dari Singapura, Malaysia, Myanmar dan Cina yang datang untuk berbagai kepentingan.
Kalau dilihat dari hitam di atas putihnya, memang sampai saat ini tidak ada data yang valid terkait ritual pesugihan Gunung Kawi. Tidak pernah ada yang tahu pasti berapa banyaknya orang yang berhasil menjadi kaya raya secara mendadak setelah bertirakat di tempat tersebut. Umumnya orang hanya terdorong oleh informasi dari mulut ke mulut untuk ngalap berkah atau sekedar mengubah nasib.
Informasi yang sifatnya simpang siur ini merupakan salah satu alasan mengapa tidak sedikit peziarah yang kemudian pulang membawa rasa kecewa. Sebab dalam perjalanannya, ada orang-orang tertentu yang menawarkan bantuan sebagai perantara pesugihan. Tetapi yang ada bukannya si pemburu pesugihan ini terbantu, malah justru uangnya disikat oleh si pelaku. Biasanya, ‘perantara pesugihan’ tersebut menyampaikan bahwa ada biaya selamatan, ubarampe dan biaya lain-lain yang perlu diserahkan. Begitu biaya ubarampe ini diserahkan, ya sudah, kaburlah mereka.
Karena itu kami tekankan, berhati-hatilah bila bertandang ke Gunung Kawi untuk ngalap berkah. Tetapi bila Anda datang semata-mata sebagai wisatawan, maka silakan. Keindahan panorama Gunung Kawi memang layak untuk dinikmati.
Pohon Dewandaru Gunung Kawi
Pohon Dewandaru yang tumbuh di area Gunung Kawi telah sejak lama dianggap sebagai pohon keramat yang mendatangkan keberuntungan. Bahkan untuk ngalap berkah atau mendapatkan perantara kekayaan, para peziarah tidak segan menunggu dahan, buah atau daun yang jatuh dari pohon tersebut. Sekalinya ada yang jatuh, mereka langsung berebut.
Mereka yang mendapatkan daun atau dahan pohon Dewandaru ini akan segera menjadikannya azimat, misalnya dengan membungkus daun tersebut dan menyimpannya di dalam dompet. Apalagi bagi orang yang tanpa sengaja kejatuhan buah Dewandaru, keberuntungan dan keberkahan hidup akan mereka terima dalam jumlah besar. Karena itulah banyak orang rela kedinginan demi bermunajat di bawah pohon Dewandaru Gunung Kawi.
Pohon Dewandaru memang secara umum terkenal langka. Pohon ini hanya lazim ditemukan di sebelah utara Pulau Jawa dan konon pertama kali tumbuh dari tongkat seorang wali yang ditancapkan ke tanah. Banyak yang mengatakan bahwa kayu dari pohon Dewandaru tidak bisa dibawa keluar Pulau Jawa. Bila dibawa menyeberang ke luar pulau bisa membawa bencana, bahkan kapal yang membawanya akan dihantam badai besar.
Dewandaru memiliki sifat dasar sebagai pengundang badai dan topan. Meski ringan atau hanya ada secuil saja, kayu ini akan tetap tenggelam di air. Bobot tak kasat mata ini berasal dari tuahnya, yang terkenal ampuh menawarkan racun akibat gigitan binatang buas. Kayu Dewandaru yang berwarna hitam ini juga merupakan penangkal roh jahat yang mampu menciptakan ketenteraman sekaligus meredam kekuatan gaib yang merugikan.
Tetapi di lain pihak, Daun Dewandaru yang menjadi harapan orang untuk menjadi kaya juga terkadang dipermainkan. Bukannya ditunggu jatuh, daun malah sengaja dilemparkan sehingga menjadi rebutan.
Konglomerat Gunung Kawi
Setidaknya, ada dua orang konglomerat tanah air yang tercatat pernah mengunjungi Gunung Kawi sebelum akhirnya berubah menjadi kaya raya. Dua nama tersebut adalah Ong Hok Liong, pendiri rokok Bentoel dan Lim Sioe Liong alias Sudono Salim, pendiri BCA.
Dulu, usaha rokok Ong Hok Liong pernah terpuruk. Ketika itu bertirakatlah ia ke Gunung Kawi. Sampai pada suatu malam ia bermimpi bertemu dengan seorang penjual talas, atau yang dalam bahasa setempat disebut bentul (bentoel= ejaan lama). Oleh juru kunci makam yang ditanyainya, Ong Hok Liong dianjurkan agar merek rokoknya diberi nama Bentoel. Usahanya meningkat drastis sejak saat itu, hingga ia pun kemudian menjadi konglomerat.
Lain Ong Hok Liong, lain Sudono Salim. Pendiri BCA tersebut juga secara umum dipercaya pernah bertirakat ke Gunung Kawi, meskipun kisah tirakatnya tidak lantas menjadi buah bibir seperti Ong Hok Liong.
Kedengarannya mengagumkan, bukan? Kita sama-sama tahu bahwa BCA masih berdiri sedemikian kokoh sebagai bank swasta terbesar di Indonesia, kita juga tahu bahwa Bentoel merupakan bagian dari salah satu perusahaan tembakau terbesar di dunia.
Tetapi kita tetap harus menggarisbawahi, bahwa kedua perusahaan raksasa tersebut kini sudah tidak lagi berada di tangan keluarga Ong Hok Liong ataupun Sudono Salim. Bentoel telah diambil alih, BCA telah dijual setelah krisis moneter menerjang.
Apakah keturunan mereka kemudian jatuh miskin? Tentu tidak. Tetapi keduanya memang sudah tidak lagi menikmati masa keemasan mereka. Entah ini masih berkaitan dengan tirakat pesugihan Gunung Kawi atau tidak, tidak ada yang tahu.
.
Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :