Hidup di Jaman Edan, Harus Bagaimana?

Apa itu jaman edan? Jaman edan, adalah situasi sosial masyarakat yang tidak menentu, penuh ketidakpastian, dan diliputi kecemasan. Di jaman edan, orang berilmu belum tentu sukses. Kebanyakan mereka yang sukses adalah orang-orang yang licik dan cerdik.

Amenangi jaman edan

Ewuh aya ing pambudi

Milu edan nora tahan

Yen tan milu anglakoni

Boya kaduman melik

Kaliren wekasanipun

Ndilalah karsa Allah

Begja-begjane kang lali

Luwih begja kang eling lawan waspada

Artinya:

Mengalamai hidup pada jaman edan

Memang serba repot

Mau ikut ngedan hati tidak sampai

Kalau tidak mengikuti

Tidak kebagian apa-apa

Akhirnya malah kelaparan

Namun sudah menjadi kehendak Allah

Bagaimanapun beruntungnya orang yang lupa

Masih lebih beruntung orang yang ingat dan waspada

(Serat Kalatidha, bait ketujuh)

Inilah dilema kehidupan pada jaman edan (gila), terutama bagi orang yang tidak memiliki pendirian. Mau ikut gila hati masih belum sampai, tetapi kalau tidak ikut ngedan bisa kelaparan. Maka, jika ada kesempatan ngedan, orang tidak akan menyia-nyiakan, misalnya lewat korupsi. Semua orang tahu bahwa perbuatan korupsi buruk, akan tetapi kesempatan itu sangat menggiurkan sehingga dengan cara apapun dilakukan upaya untuk mendapatkan rejeki yang tidak halal itu. Maka tinggallah pilihan seseorang pada kebenaran ataukah kesesatan ketika dihadapkan pada peluang untuk melakukan korupsi.

Itulah sebabnya dalam Serat Kalatidha bait ketujuh ini diingatkan oleh pujangga Ranggawarsita untuk eling lan waspada (ingat dan waspada). Eling atau ingat, artinya ingat pada Tuhan. Tuhan tidak pernah tidur. Tuhan adalah Maha Mengawasi, jadi apapun yang kita lakukan selalu dalam pengawasan-Nya.

Hidup ini tidak langgeng dan akan kembali pada Sang Pencipta, sehingga segala perbuatan haruslah selalu mengarah pada kebaikan. Sementara ‘waspada’ dapat ditafsirkan sebagai memperhatikan tanda-tanda yang ada di sekitar kita. Misalnya di antara manusia ada yang mempunyai kelakuan suka menjerumuskan orang lain, misalnya dengan mengajak korupsi dengan berbagai cara yang membenarkan bahwa tindakan itu benar. Misalnya membuat aturan yang sebenarnya hanya menguntungkan segelintir orang. Kita sadari bahwa tidaklah mudah untuk menerapkan eling dan waspada, akan tetapi dengan fokus pada kebenaran akan membawa setiap manusia untuk terhindar dari hal-hal yang menyesatkan.

Seperti kehidupan yang mengajarkan segala sesuatu secara bergantian, ada siang dan ada malam, ada panas dan ada hujan dan seterusnya. Dengan sikap eling dan waspada maka apa yang digambarkan alam, semestinya manusia tidak berat hati untuk menjalani kehidupan yang berubah-ubah. Pada hakikatnya kehidupan merupakan jalan menuju kesempurnaan, dari ada kembali ke tiada. Itulah sebabnya eling dan waspada menggambarkan bagaimana setiap manusia menyadari dirinya sendiri dan tujuan hidupnya di dunia dan kehidupan di akhirat nanti.


Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :

Atau Hubungi Admin Mas Wahyu dibawah ini :