Ajaran Kejawen pada dasarnya berasal dari tradisi spiritual masyarakat Jawa. Sekitar abad keempat belas, Tumenggung Wiragati pernah melestarikan ilmu leluhur yang terdiri dari delapan ajaran.
Delapan Ajaran Kejawen Tersebut, Apa Saja?
- Ora Mateni Sakabehe (tidak membunuh semuanya). Artinya, kita harus mencintai makhluk hidup dengan sungguh sungguh. Baik tumbuhan, hewan ataupun manusia. Karena hampir semua hewan ketika itu dipercaya mengenal rasa sakit, kecuali hewan liar di air. Kehidupan yang mengenal rasa dianggap sebagai percikan Tuhan, sehingga dapat menjadi energi negatif bagi mereka yang menyakiti. Membunuh untuk menyakiti jelas tidak diperkenankan, karena merupakan perbuatan yang sangat kejam. Tindakan bunuh-membunuh hanya akan menodai kesucian, dan cuma layak dilakukan oleh jiwa-jiwa rendah seperti hewan.
- Ora Ngrusak Sakabehe (tidak merusak apa saja). Merusak diri sendiri tidak boleh, merusak alam dan makhluk lain juga tidak diperkenankan. Termasuk di dalamnya adalah tidak menjaga kesehatan badan. Kalau dibandingkan jaman sekarang, maka merokok dan mabuk-mabukan termasuk dalam kegiatan yang bertentangan dengan Ajaran Kejawen.
- Ora Mangan Kewan (tidak makan hewan). Konsep Kejawen ketika itu meyakini bahwa hampir semua hewan di darat mampu merasakan sakit. Tidak pernah ada ceritanya hewan darat menerjang api, tetapi biasanya dihindari. Itulah tandanya hewan merasakan sakit dan memiliki jiwa. Lain halnya dengan hewan air dan tumbuhan. Orang juga percaya bahwa hampir semua penyakit berasal dari konsumsi hewan darat.
- Ora Ngapusi (tidak menipu). Menipu atau berbohong adalah tindakan yang merugihan orang lain. Tanpa perbuatan ini, manusia pasti mendapatkan ketenangan hidup dan selalu bahagia.
- Budhi lan Karya (berperilaku baik dan bekerja keras). Orang Jawa memang menjunjung tinggi sikap menerima. Tetapi pikiran dan badan tetap harus bekerja keras secara terus-menerus.
- Maca lan Maguru Sepadha-Padha (membaca dan mencari ilmu seluasnya). Guru paling utama adalah alam semesta. Semua makhluk hidup pada dasarnya memiliki ilmu yang dapat diajarkan kepada manusia. Jadikanlah semua yang berada di luar diri kita sebagai guru, maka tidak akan sekalipun kita meremehkan orang lain.
- Tepa Slira, Tegang Rasa (simpati dan bijaksana). Terhadap makhluk diluar kiri kita, perlu ada rasa simpati dan saling merasakan. Sehingga muncul keinginan untuk membantu dan memberi. Mereka yang suka memberi inilah, yang mudah menjadi kaya. Karena selalu menginginkan dirinya untuk menjadi lebih baik.
- Ngadohi Wong Ala, Kejem lan Mbilaheni (menjauhi orang jahat, sering melakukan kekejaman dan marabahaya). Tidak perlu ikut campur urusan orang lain, terutama bila orang tersebut berbuat tidak baik. Sebaiknya dijauhi dan dihindari saja.
Konsultasi Seputar Hal Spiritual, Pelarisan dan Pengasihan, Dengan Ibu Dewi Sundari langsung dibawah ini :